BAB
1
PEDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kegagalan
pendidik dalam menyampaikan materi mengajar selalu bukan karena guru kurang
menguasai bahan, tetapi karena guru tidak tahu bagaimana cara menyampaikan
materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat. Agar peserta didik dapat
belajar dengan suasana yang menyenangkan dan juga mengasyikkan, maka pendidik
perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan teknik-teknik pembelajaran
dengan memahami teori-teori belajar yang baik dan tepat, Syaiful Sagala (2011). Dalam hal ini terkait dengan tujuan dan metode
pembelajaran.
Tujuan
pembelajaran adalah cita-cita/maksud/sasaran
yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Dengan kata lain tujuan
pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah
memperoleh pengalaman belajar.
Metode
pembelajaran adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam KBM, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan. Tanpa metode, guru tidak
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Guru sebaiknya tidak hanya menggunakan
satu metode, jadi harus bervariasi agar anak didik tidak bosan. Berikut akan
dipaparkan mengenai tujuan dan metode pembelajaran tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
tujuan pembelajaran?
2. Apa
saja alasan yang menyebabkan perumusan tujuan itu penting?
3. Bagaimana
merumuskan tujuan pembelajaran?
4. Apa
yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
5. Bagaimana
ciri-ciri umum metode yang baik?
6. Faktor
apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan metode pembelajaran?
7. Metode
apa saja yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Agar kita selaku calon guru bisa dan mampu mengefektifkan
komponen-komponen atau strategi pembelajaran secara maksimal, terkait tujuan
dan metode pembelajaran, untuk tercapainya keberhasilan tujuan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan. Karena mendidik atau mengajar tidak hanya
memberikan dan menguasai informasi/materi ajar semata, melainkan menguasai
tehnik-tehnik/strategi dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Pengertian Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain tujuan pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki
siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana & Wari
Suwari (1991) dalam Sobry Sutikno (2013), kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Tidak
ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan
suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir,
dan prosedur yang dilakukan. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan
dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya.
2. Pentingnya
Perumusan Tujuan
Ada
guru yang menganggap mengajar hanya merupakan proses menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa. Bagi mereka tujuan mengajar tiada lain adalah
menyampaikan materi pelajaran itu, tidak peduli apakah materi itu dikuasai atau
tidak oleh siswa, yang penting materi itu telah tersampaikan. Oleh karena itu,
banyak guru yang merasa bersalah manakala ada bagian materi pelajaran yang
belum diceramahkan karena jam pelajaran terbatas, seakan-akan seluruh materi
itu harus disampaikan.
Pendapat
tersebut tentu saja tidak tepat, sebab mengajar bukan hanya sekedar ceramah
yang diukur oleh seberapa banyak materi itu telah disampikan kepada siswa,
melainkan mengajar adalah proses untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
kriteria keberhasilannya diukur oleh bagaimana aktivitas siswa untuk
mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi yang telah dikuasai
itu mampu memengaruhin pola pikir siswa.
Ada
beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program
pembelajaran :
1. Rumusan
yang jelas dapat digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses
pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara
optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tujuan
pembelajaran dapat digunakan sebgai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa.
Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas
belajar. Berkaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan
tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.
3. Tujuan
pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya,
dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran,
alat, media, dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat
evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
4. Tujuan
pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol
dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui
penetapan tujuan, guru bisa mengontrol sampai mana siswa telah menguasai
kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.
Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu
sekolah.
3. Petunjuk
merumuskan tujuan pembelajaran
Mudhoffir (1990) dalam M. Sobry Sutikno
(2013) memberikan petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran, yakni:
1. Formulasikan
dalam bentuk yang operasional;
2. Rumuskan
dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar;
3. Rumuskan
dalam tingkah laku siswa bukan prilaku guru;
4. Rumuskan
standar prilaku yang akan dicapai;
5. Hanya
mengandung satu tujuan belajar;
6. Rumuskan
dalam kondisi mana prilaku itu terjadi.
Bloom (1976) dalam M. Sobry Sutikno
(2013) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan
kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif
menggambarkan sikap-sikap dan nilai. Kawasan psikomotor adalah
kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Kawasan
kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual, yakni:
1. Pengetahuan
adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari;
2. Pemahaman
adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal;
3. Penerapan adalah
kemampuan dalam menerapkan prinsip dan aturan yang telah dipelajari sebelumnya;
4. Analisis adalah
kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur
organisasinya dapat dipahami;
5. Sintesis adalah
kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti;
6. Penilaian
adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria tertentu.
Kratwohl
dan dkk dalam M. Sobry Sutikno (2013) mengemukakan lima hirarki dalam aspek
afektif, yaitu:
1. Menerima
adalah kemampuan untuk memberi perhatian terhadap sebuah aktivitas atau
peristiwa yang sedang dihadapi;
2. Merespon
dapat diartikan sebagai pemberian reaksi terhadap suatu akitivitas dengan cara
melibatkan diri atau berpartisipasi didalamnya;
3. Memberi nilai adalah
kemampuan yang terkait dengan tindakan menerima atau menolak nilai atau norma
yang dihadapi melalui sebuah ekspresi
berupa sikap positif atau negatif terhadap suatu obyek atau peristiwa;
4. Mengorganisasi
adalah kemampuan dalam mengidentifikasi, memilih, dan memutuskan nilai atau norma
yang akan diaplikasikan;
5. Memberi karakter
dapat berupa tindakan meyakini, mempraktikan, dan menunjukkan prilaku yang
konsisten terhadap nilai dan norma yang dipelajari.
Adapun hirarki
kemampuan dalam domain psikomotor,yaitu :
1.
Imitas
merupakan
kemampuan dalam mempraktikan sebuah keterampilan yang telah diamatai sebelumnya;
2.
Manipulasi
merupakan
kemampuan yang sangat terkait dengan kemampuan dalam melakukan modifikasi
terhadap suatu keterampilan;
3.
Presisi
adalah
kemampuan yang memperlihatkan adanya kecakapan individu dalam melakukan sebuah
aktivitas dengan tingkat akurasi yang tinggi;
4.
Artikulasi
merupakan
kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas secara terkoordinasi dan efisien.
Untuk
merumuskan tujuan pembelajaran, terdapat beberapa kata operasional yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan, seperti:
1. Aspek kognitif
meliputi: menyebutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, menjelaskan,
merangkum, menyadur, menyimpulkan, menghitung, menghubungkan, melengkapi,
menjodohkan, membagi, mengkategorikan, membedakan.
2. Aspek afektif
meliputi: menyatakan pendapat, memilih, menempatkan, mengajak, menolak,
membenarkan.
3. Aspek psikomotorik
meliputi: mempraktekkan, memainkan, mengerjakan, membuat, memasang, membongkar,
mengoperasikan, membangun, memperbaiki, melaksanakan, menyusun menggunakan.
Perumusan tujuan pembelajran yang
bermacam-macam akan menghasilkan perubahan prilaku anak yang bermacam-macam
pula. Itu berarti keberhasilan proses pembelajaran bervariasi pula. Prilaku
mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan prilaku yang hendak dihasilkan. Bila prilaku yang guru hendak
capai adalah agar anak dapt membaca, maka perumusan tujuan pembelajaran harus
mendukung tercapainya keterampilan membaca. Apabila yang hendak dicapai agar anak
dapat menulis, maka perumusan tujuan pembelajarannya harus mendukung
tercapainya keterampilan menulis.
Dalam
menyusun tujuan pembelajaran, perlu mempertimbangkan hal-hal :
1) Untuk
siapa tujuan itu dibuat (siswa SD/MI, SMP/MTS, SMU/SMA atau mahasiswa);
2) Kemampuan
dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa;
3) Bagaimana
cara mencapai tujuan itu, secara bertahap atau sekaligus;
4) Apakah
perlu menekankan aspek-aspek tertentu atau tidak;
5) Seberapa
jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa;
6) Berapa
lama waktu yang dibutuhkan dan apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai
tujuan-tujuan itu.
B. METODE PEMBELAJARAN
a)
Pengertian metode pembelajaran
Metode
secara harfiah
berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada diri siswa. Jadi,
metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya
untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung
dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara
optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami
guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sama pentingnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
b)
Ciri-ciri umum metode yang baik
Tidak semua guru dapat menjalankan metode yang sama
dengan kualitas yang sama. Oleh karena itu
metode merupakan hasil dari
kematangan belajar sang guru terhadap dirinya sendiri. Metode
yang tepat adalah mencerdaskan diri pendidik, sehingga
selalu terjadi proses kreativitas guru yang
dapat menstimulasi peserta didik. Banyak
macam metode yang dapat dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Kebaikan suatu metode terletak pada
ketepatan memilih /sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Terdapat beberapa ciri
dari sebuah metode yang baik, berikut
ini:
1. Berpadunya
metode dari segi tujuan:
2. Berpadunya
metode dari segi materi pembelajaran
3. Dapat
mengantarkan siswa pada kemampuan praktis
4. Dapat
mengembangkan materi
5. Memberikan
keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya,
6. Mampu
menempatkan guru dalam posisi yang tepat,terhormat dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
c)
Keefektifan penggunaan metode
pembelajaran.
Pengalaman
membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang
kurang tepat. Kelas yang
kurang bergairah dan kondisi siswa yang kurang kreatif di karenakan
penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan
tujuan pembajaran. Karena
itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai
strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan
pembelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi
yang berkesuaian dengan merumuskan tujuan pembelajaran. Jarang
sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan
metode yang lebih dari satu. Pemakaian
metode yang satu digunakan untuk
mencapai tujuan yang satu, sementara
penggunaan metode yang lain, juga
digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Penggunaan metode yang tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan.
Keefektifan penggunaan metode dapat terjadi bila ada
kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran. Makin tepat metode
yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan, diharapkan makin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran.
d) Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam pemilihan metode pembelajaran.
Pupuh
fathurrohman & M. Sobry sutikno (2007) dalam M. Sobry Sutikno (2013) mengurai beberapa factor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode antara lain:
1.
Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan
adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan. Oleh
karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan
dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Materi pembelajaran
Materi
pembelajran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa
dipelajari dan di kuasai oleh siswa.
3.
Siswa
Siswa
sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi
sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap
masa depannya. Perbedaan anak
dari asfek psikologis seperti sifat pendiam, super
aktif, tertutup, terbuka, periang, pemurung
bahkan ada yang menunjukkan prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh
terhadap penentuan metode pembelajaran.
4.
Situasi
Situasi
kegiatan belajar merupakan
setting lingkungan pembelajaran yang
dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Pada waktu-waktu tertentu guru perlu
melakukan proses pembelajaran diluar kelas atau di alam terbuka.
5.
Fasilitas
Fasilitas
dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan
sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya
laboratorium untuk praktek, jelas kurang mendukung penggunaan metode demonstrasi
atau eksperimen.
6.
Guru
Setiap
guru memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan
dan pengalaman membelajarkan yang berbeda-beda. Kompetensi membelajarkan biasanya dipengaruhi pula oleh
latar belakang pendidikan.
Zakiah Daradjat (1995) dalam Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry
Sutikno (2007) dalam M. Sobry Sutikno (2013) menjelaskan bahwa setiap guru
memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada guru
yang sama walaupun mereka sama-sama memiliki kepribadian keguruan. Jadi pribadi guru itupun “unik” pula, dan perlu dikembangkan secara terus
menerus agar guru itu terampil dalam:
1. Mengenal
dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau siswa yang
diajarkannya.
2. Membina
suasana sosial yang meliputi interaksi pembelajaran sehingga amat bersifat
menunjang secara moral terhadap siswa bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan
arah dalam pikiran serta perbuatan siswa dan guru.
3. Membina
suatu perasaan saling menghormati, saling
bertanggung jawab dan saling mempercayai
antara guru dan siswa.
e)
Macam-macam metode yang dapat
dipakai dalam proses pembelajaran.
Ada banyak metode yang banyak kita kenal, namun tidak satupun metode pembelajaran
dapat diklaim dan dikatakan yang terbaik. Beberapa
metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran,antara lain berikut ini:
1.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi
melalui penjelasan lisan oleh seorang guru kepada siswa-siswanya.
2.
Metode
Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah cara penyajian pembelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab,terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru.
3.
Metode
Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara penyampaian pembelajaran dimana guru bersama-sama
siswa mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi.
4.
Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan
dengan pokok bahasan yang sedang
disajikan.
5.
Metode
Kisah atau Cerita
Al-Quran
dan Al-Hadis banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah para malaikat, para nabi, umat
terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam
kisah itu tersimpan nilai pedagogis relegius yang, memungkinkan siswa mampu meresapinya.
6.
Metode
Simulasi
Kata
simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat
seolah-olah, atau perbuatan
yang pura-pura saja. Adapun
bentuk-bentuk simulasi berikut ini:
a.
Peer teaching
Latihan
atau praktik membelajarkan, yang
menjadi siswanya adalah temannya sendiri. Tujuannya
untuk memperoleh keterampilan dalam membelajarkan.
b.
Sosiodrama
Sandiwara
atau dramatisasi tanpa bahan tertulis, tanpa
latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh anak menghafal sesuatu.
c.
Psikodrama
Permainan
peranan yang dilakukan , dimaksudkan agar individu yang bersangkutan mamperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan self
concept. psikodrama di gunakan untuk terapi.
d. Simulasi game
Permainan
bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan menaati peraturan-peraturan yang
ditetapkan. Seperti bermain
ular tangga, catur, dll.
e. Role playing/bermain peran
Situasi
suatu masalah diperagakan secara singkat, dengan
tekanan utama pada karakter/sifat orang-orang, kemudian
diikuti oleh diskusi tentang masalah yang baru diperagakan tersebut. Tujuannya adalah untuk memecahkan
masalah dan agar memperoleh kesempatan untuk merasakan perasaan orang lain.
7.
Metode
Karyawisata
Metode
karyawisata adalah metode dalam proses pembelajaran siswa perlu diajak keluar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan.
Alasan
pengguaan metode ini antara lain adalah karena objek yang akan dipelajari hanya
ada ditempat objek itu berada. Beragam manfaat atau faedah yang dapat dipetik dari kegiatan
karyawisata, di antaranya: menyegarkan tubuh, menambah kesehatan, melatih
anak-anak agar kuat, mampu menahan lapar dan dahaga, para pembimbing atau
pendidik menganjurkan agar memperhatikan tingkah laku anak-anak dan sikap
mereka dalam menghadapi berbagai hal yang beragam dan berbeda.
8.
Metode
Tutorial
Metode
tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor, setelah
siswa diberikan bahan/materi pembelajaran, kemudian
siswa diminta untuk mempelajari bahan pembelajaran tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit, siswa dapat bertanya pada tutor.
Ada
beberapa jenis tutorial, yaitu:
a. Tutorial konsultasi
Dalam
metode ini siswa dan guru bertemu secara teratur. Pada
pertemuan ini siswa membaca sebuah kertas karya dan mempertahankan isinya
terhadap sanggahan guru.
b. Tutorial kelompok
Tutorial
ini diadakan untuk menggunakan tenaga staf pendidik dengan lebih efisien dalam
usaha membantu para siswa yang kurang berbakat. Kualitas
tutorial kelompok dapat ditingkatkan dengan menjaga supaya diskusi-diskusi
senantiasa berpusat pada topiknya, dan
tutor berperan sebagai penasihat, bukan
sebagai penilai.
c.
Tutorial
praktikum.
Tutorial
ini biasa diadakan dengan kelompok maupun perorangan untuk membelajarkan
keterampilan psikomotor di laboratorium, bengkel
kerja, dan sebagainya.
9. Metode Suri Teladan
Metode
yang dapat diartikan sebagai ”keteladanan”
yang baik.” Dengan adanya teladan yang baik, maka
akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dengan adanya contoh ucapan, perbuatandan
contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka
hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik
bagi pendidikan anak, maupun
dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.
10. Team Teaching
Team
teaching yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran yang dilakukan oleh tim (terdiri dari dua, tiga atau beberapa orang guru). Hal ini dilakukan apabila mata pelajaran
itu terdiri dari berbagai dimensi studi yang perlu diketahui kaitan atau
hubungan dimensi yang satu dengan yang lainnya.
11. Metode Kerja Kelompok
Metode
kerja kelompok ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok lainnya
dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan
menggarap berbagai program yang bersifat prosfektif
guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan
bersama. Berhasil tidaknya kerja kelompok
bergantung pada beberapa faktor, yakni guru, pemimpin, kelompok, kemauan
masing-masing anggota kelompok, hubungan sosial antara anggota kelompok dan tingkat kesukaran tugas tertentu.
12. Metode Penugasan
Metode
penugasan adalah salah satu penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu
yang telah ditentukan dan siswa mempertanggung jawabkan tugas yang dibebankan
kepadanya. Metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan dirumah, disekolah, diperpustakaan
dan tempat lainnya. Metode
penugasan untuk memotivasi anak aktif belajar, baik
secara individual atau kelompok.
13. Curah Pendapat (brain storming)
Metode
curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana
gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau
tidak disepakati) oleh
peserta lain, pada penggunaan
metode curah pendapat, pendapat
orang lain tidak untuk ditanggapi. Metode
ini berdasarkan pendapat bahwa sekelompok manusia dapat mengajukan usul lebih
banyak dari anggotanya masing-masing.
14. Metode Latihan
Metode latihan (driil), yaitu suatu cara menyampaikan materi
pelajaran untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai
sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Penggunaan
metode latihan dalam proses pembelajaran menurut Djamarah (2000) dalam
M. Sobry Sutikno (2013) diantaranya:
1)
Siswa dapat memperoleh kecakapan
motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat, dan
menggunakan alat-alat.
2)
Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/symbol, dan sebagainya.
3)
Dapat membentuk kebiasaan dan menambah
ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
15. Metode Praktek Lapangan
Metode
praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.
16. Metode Simposium
Metode
symposium merupakan metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai
kelompok topik
dalam bidang materi tertentu.
Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu
peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya
17. Metode
Pembelajaran Dengan Modul
Adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan
menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan
pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya
baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.
18. Metode
Eksperimen
Adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya.
19. Metode
Permaian (games)
Populer dengan sebutan pemanasan (ice-breaker). Arti harfiah ice-breaker
adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah
situasi kebekuan fikiran atau fisik pesera didik. Permainan juga dimaksudkan
untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
20. Metode
Peringatan dan Pemberian Motivasi
Adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu
untuk melakukan suatu kegiatan mencapai
tujuan. Misalnya kebutuhan seseorang
akan makanan menuntut sesorang terdorong untuk bekerja.
21. Metode
Pemberian Ampunan dan Bimbingan
Metode ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada
anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tujuan
merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain tujuan pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki
siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana & Wari
Suwari (1991) dalam Sobry Sutikno (2013), kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Ada
guru yang menganggap mengajar hanya merupakan proses menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa. Bagi mereka tujuan mengajar tiada lain adalah
menyampaikan materi pelajaran itu, tidak peduli apakah materi itu dikuasai atau
tidak oleh siswa, yang penting materi itu telah tersampaikan. Oleh karena itu,
banyak guru yang merasa bersalah manakala ada bagian materi pelajaran yang
belum diceramahkan karena jam pelajaran terbatas, seakan-akan seluruh materi
itu harus disampaikan.
Pendapat
tersebut tentu saja tidak tepat, sebab mengajar bukan hanya sekedar ceramah
yang diukur oleh seberapa banyak materi itu telah disampikan kepada siswa,
melainkan mengajar adalah proses untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
kriteria keberhasilannya diukur oleh bagaimana aktivitas siswa untuk
mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi yang telah dikuasai
itu mampu memengaruhin pola pikir siswa.
Metode
secara harfiah
berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada diri siswa. Jadi,
metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya
untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung
dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara
optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami
guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sama pentingnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
B. SARAN
Hendaknya sebagai calon pendidik, dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran kita tidak hanya menguasai bahan atau materi ajar, tapi
juga mengetahui bagaimana cara kita menyampaikan materi tersebut dengan baik
dan tepat, serta bagaimana pula karakteristik peserta didik yang menerima
materi pelajaran tersebut.
Berkaitan dengan isi dari makalah kami, tentu masih jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
masih sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno
Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Lombok: Holistica.
Pupu Fathurrahman & M. Sobry
Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar
(Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umaum dan
Konsep Islami). Bandung: Refika Aditama.
Sanjaya
H. Wina. 2011. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sagala
syaiful. 2011. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar