BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah firman
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malakait Jibril yang
merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Dan baran siapa saja
yang membaca al-Qur’an sekalipun tidak memahami maknanya terhitung sebagai
ibadah dan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan
dalam hadis Qudsi :
Artinya
: Diriwayatkan oleh Abu said, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT berfirman :
siapa-siapa yang disibukkan dari memohon kepada Ku karena membaca Al-Qur’an,
maka aku akan berikan dia sebaik-baik ganjaran orang yang bermohon. Kelebihan
firman Allah dari semua perkataan adalah seperti kelbihan Allah dari semua
makhluk-Nya.” (HR. Tirmudzi)
Dari hadis diatas dijelaskan bahwa
Al-Qur’an memiliki potensi yang sangat mulia sebagai sebaik-baik kitab suci dan
sekaligus sebagai pedoman hidup.
Nabi Muhammad SAW pun
sangat besar perhatiannya terhadap pemeliharaan al-quran, sehingga setiap turun
suatu ayat, dari permulaan hingga penghabisan, Nabi SAW menyuruh para
penulisnya agar menulisnya dengan cermat.. Maka Allah selalu menjaganya dari
berbagai perubahan dan penukaran. Baik pada surat-suratnya maupun ayat-ayatnya,
bahkan pada huruf-hurufnya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS Al-Hajr [15]:9) “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”
Karena kemuliaan
al-Qur’an dan untuk mendapatkan ganjaran pahala yang besar sudah tentu kita
harus membaca dan juga mengamalkannya. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman
mengenai huruf Hijaiyah yang merupakan bahasa resmi Al-Qur’an, dan juga
dibutuhkan pemahaman mengenai tanda-tanda baca Al-qur’an serta di zaman yang
modern init tak dipugkiri kebutuhan kita untuk dapat mentranliterasi huruf Arab-Latin.
Dalam makalah ini akan membahas tiga pokok pebahasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
Sejarah tulisan dan perkembangannya?
1.2.2 Huruf
Hijaiyah
a. Apakah
Pengertian Huruf Hijaiyah?
b. Bagaimana
Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah?
c. Bagaimana
Proses Penyempurnaan Tulisan Arab?
d. Apakah
Nama Lain Huruf Hijaiyah?
1.2.3 Apa Sajakah Tanda Baca Al-Qur’an ?
a. Bagaimanakah
Tanda Waqaf?
b. Bagaimanakah
Tanda Wasal?
1.2.4 Bagaimana
Transliterasi Arab-Latin?
a. Apakah
Pengertian dan Prinsip Pembakuan Transliterasi?
b. Bagaimanakah
Pedoman Transliterasi Arab-Latin?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk
Mengetahui Sejarah Tulisan Dan Perkembangannya
1.3.2 Untuk
Mengenal Huruf Hijaiyah
a. Untuk
Mengetahui Pengertian Huruf Hijaiyah
b. Untuk
Memahami Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah
c. Untuk
Mengetahui Proses Penyempurnaan Tulisan Arab
d. Untuk
Mengetahui Nama Lain Huruf Hijaiyah
1.3.3 Untuk Mengetahui Tanda Baca Al-Qur’an
a. Untuk
Memahami Tanda Waqaf
b. Untuk
Memahami Tanda Wasal
1.3.4 Untuk Memahami Transliterasi Arab-Latin
a. Untuk
Mengetahui Pengertian dan Pembakuan Transliterasi
b. Untuk
Memahami Pedoman Transliterasi Arab-Latin
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tulisan dan
Perkembangannya
Huruf
atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak cipta dan
rasa. Pada awalnya komunikasi dilakukan
secara lisan dan isyarat. Namun ada banyak hal yang sulit dikomunikasikan
dengan dua cara tersebut, dan membutuhkan cara ketiga yaitu bahasa tulis,
bahasa tulis tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini.
Namun telah melalui beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat
menjadi seperti sekarang.
1. Fase
al-shuwari al-dzati, mendiskripsikan suatu peristiwa melalui gambar itu
sendiri. Fase ini merupakan fase paling sederhana tetapi juga bersifat
terbatas.
2. Fase
al-shuwari al-ramzi, mendiskripsikan suatu peristiwa waktu terjadinya, atau
situasi dan kondisi pada saat peristiwa yang terjadi melalui makna yang
dilambangkan.
3. Fase
al-maqtha’I, merupakan tanda-tanda yang dapat menggantikan fungsi gambar
sebagai bahasa tulis.
4. Fase
al-hija’I dalam perkembangan selanjutanya, maktha-maktha tersebut menjadi huruf
setelah akulturasi.[1]
2.2 Huruf Hijaiyah
2.2.1 Pengertian Huruf Hijaiyah
Kata
huruf berasal dari bahasa Arab : harf
atau huruf. Huruf Arab disebut juga huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari
kata kerja hajja yang artinya mengeja, menghitung huruf, membaca
huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di mulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’
secara terpisah-pisah.
Huruf
hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf rangkap
lam-alif dan hamzah sebagai huruf yang berdiri sendiri. Orang yang pertama kali
menyusun huruf hijaiyah secara berurutan
mulai dari alif sampai ya’ adalah Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi. Cara menulis
huruf Arab berbeda dengan huruf Latin.
Kalau huruf latin dari kiri ke kanan
maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri. [2]
2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
Huruf Hijaiyah
Semua
huruf atau tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat
sederhana yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling
tua dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian
generasi selanjutnya melakukan proses pengurangan, penambahan, dan
penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga terwujud bentuk huruf seperti sekarang
ini. Demikian pula dengan huruf atau tulisan Arab.
Menurut
penelitian para sejarawan, tulisan Arab yang dipergunakan sekarang ini berasal
dari mesir kuno : hieroglyph. Keadaan tulisan pada awalnya adalah dalam bentuk
lambang yang terpisah-pisah seperti huruf cetak latin, hanya huruf konsonan
(selain wawu, alif dan ya’) yang ditulis, tidak memakai titik-titik, dan
terkadang satu huruf dipakai untuk beberapa huruf yang mempunyai kesamaan
bentuk tanpa diberi tanda pembeda seperti lazimnya huruf pada masa sekarang.
Dalam
perkembangan berikutnya, tulisan Arab mengalami proses penyempurnaan bentuk
meskipun belum dibedakan. Hal ini terjadi setelah adanya penetrasi budaya dan
peradaban oleh suku Anbar dan Hirah. Ciri huruf atau tulisan pada fase ini
adalah huruf-huruf sudah ditulis secara bersambung, juga adanya penambahan
beberapa huruf yang sebelumnya tidak ada. Seperti tsa’, dzal, dhad, dla’ dan
ghin. Model tulisan yang demikian dipergunakan sampai abad ke-6 M.
Pada
akhir abad ke-6 M memasuki awal abad ke-7 M, mulai banyak orang Islam yang
pandai baca-tulis, khususnya di kalangan pemudanya. Karena adanya program
pemberatasan buta huruf yang dicanangkan Nabi Muhammad saw. Yakni
tawanan-tawanan non muslim yang tidak membahayakan Islam jika dibebaskan dan
mereka mempunyai kemampuan baca-tulis yang cukup, maka tiap satu orang tawanan
non muslim yang satu orang tawanan diharuskan mengajarkan baca-tulis kepada
sepuluh anak orang Islam sampai mahir. Di antara sahabat nabi yang pandai
baca-tulis adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, Yazid
bin Abi Sufyan dll. Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad saw oleh sebagian
sahabat yang dapat menulis, dituliskan diatas pelepah kurma, kayu, tulang, batu
dan material lainnya.
Dengan
wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 623 M , dan banyaknya penghafal yang
gugur di medan perang, umat islam merasakan kebutuhan mendesak untuk mencatat
wahyu dalam bentuk lebih permanen. Atas hal itu Umar bin al-Khatthab, Abu Bakar
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun dan menulis semua ayat dalam
susunan sesuai yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad saw. [3]
Agama
islam terus tersebar keberbagai belahan dunia, berkembang kekhawatiran bahwa
Al-Qur’an yang asli akan hilang dan menyimpang. Proses pelestarian dan tujuan
berdakwah melahirkan kebutuhan baru untuk menyempunakan tulisan.
Berangsur-angsur aturan ditetapkan untuk menyambung banyak huruf Arab. Model
tulisan yang digunakan para sahabat Nabi dan orang Arab pada masa itu adalah
tulisan hijazi, yaitu bentuk tulisan
yang merupakan penyempurnaan dari rentetan pertumbuhan dan perkembangan tulisan
Arab dalam proses mencari bentuk kesempurnaan huruf yang memenuhi kebutuhan
bahasa. [4]
2.2.3 Penyempurnaan Tulisan Arab
Penyempurnaan
ini dibutuhkan karena munculnya kasus kesalahan baca ayat al-Qur’an adalah
fatal sebab dapat merubah makna ayat tersebut. Dengan demikian meluasnya agama
Islam ke berbagai suku dan bangsa-bangsa bukan Arab yang tidak mengenal bahasa
Arab, kekhawatiran terjadinya kesalahan yang sama semakin kuat. Karena bahasa
dan tulisan Arab merupakan bahasa dan tulisan resmi al-qur’an. Sedangkan bahasa
dan tata bahasa pada waktu itu belum dibakukan. Penyempurnaan tulisan Arab
selanjutnya adalah dengan :
a. Menciptakan
syakal
Pada
awal abad ke-7 M, awal daulah Umawiyah, Ziyad bi Abi Sufyan meminta kepada
seorang ahli bahasa Arab, Abu Aswad al-Duali untuk menciptakan syakal sehingga
mempermudah membaca al-qur’an dan meminimalisir kesalahan baca. Tanda baca yang
diciptakan sbb :
-
Titik satu disebelah kiri huruf berarti
dhammah
-
Titik satu tepat di atas huruf berarti
fathah
-
Titik satu tepat di bawah huruf berarti
kasrah
-
Bila titik didobelkan maka menjadi
tanwin
Titik-titik
yang menjadi syakal ditulis dengan tinta merah sedangkan, huruf ditulis dengan
tinta warna hitam.[5]
b. Membedakan
huruf yang sama bentuk dengan garis
Tanda baca ciptaan al-dauli sangat membantu dalam
membaca al-Qur’aan. Tetapi, huruf-huruf yang bentuknya sama dan ejaannya
berbeda sering kali membingungkan. Hingga pada masa Abdul Malik bin Marwan
(685-705 M) seorang gubernur bernama al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi meminta
Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar untuk memberi tanda pada huruf-huruf yang
sama bentuknya tetapi berbeda ejaan. Nashr dan Yahya selanjutnya menciptakan
tanda berupa garis-pendek yang diletakkan di atas atau dibawah huruf. Tanda dan
garis-pendek tetap dipakai selama pemerintahan Bani Umayyah sampai awal
pemerintahan Abasiyah ± 685-750 M. [6]
c. Membalik
tanda-tanda
Setelah beberapa waktu, sistem penandaan titik dan
garis-pendek mengalami perubahan. Munculnya keluhan dari para pembaca al-Qur’an
yang dianggap menyulitkan, selain itu model penandaan dengan menggunakan tinta
tinta (waktu itu mesin cetak belum dikenal) memunculkan problem lain. Tinta
yang tidak bersifat permanen, sehingga seringkali menyebabkan garis-garis
pendek menjadi seperti titik-titik atau sebaliknya. Sementara itu tinta merah
yang digunakan untuk menulis tanda titik karena terlalu lama menjadi
kehitam-hitaman menyerupai huruf atau garis pendek yang memang ditulis dengan
tinta hitam. Sebuah fakta ynag memunculkan kesulitan baru karena orang menjadi
bingung mana syakal mana huruf tertentu.
Kesulitan ini menggerakkan seorang
ahli tata bahasa Arab, yaitu al-Khalil bin Ahmad mengadakan perubahan.
Al-Khalil membalik fungsi tanda baca yang diciptakan Abu Aswad dan Nashr-Yahya.
Titik-titik yang awalnya merupakan harakat sekarang dijadikan tanda untuk
membedakan huruf yang berbentuk sama namun berbeda ejaan. Dan untuk syakal,
al-Khalil megambil dari huruf-huruf yang menjadi sumber bunyi . [7]
2.2.4 Nama Lain Huruf Hijaiyah
Di
samping dikenal dengan nama huruf hijaiyah, juga mempunyai nama atau sebutan
lain sesuai dengan Makraj-nya. Adapun nama-nama tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.
1.
Halqiyah yaitu sebutan huruf hamzah ( ), Ha’ (
), ‘ain ( ), Ha
( ), ghain ( ), dan kha’( ), dinamakan Halqiyah karena
huruf-huruf tersebut keluar dari tenggorokan atau kerongkongan.
2.
Janbiyah yaitu sebutan huruf dlad ( ), dinamakan demikian karena huruf ini berada
ditepi lidah, baik tepi bagian kanan atau kiri.
3.
Dzalqiyah yaitu sebutan huruf lam ( ), Nun ( ), dan
ra’ ( ). Dinamakan demikian karena
huruf-huruf tersebut keluar dari pinggir ujung tepi lidah.
4.
Nath’iyah yaitu sebutan huruf-huruf ta’
( ), dal (
), dan tha’ ( ).
Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari kulit lubang
langit-langit atas.
5.
Asaliyah yaitu sebutan huruf-huruf Zai
( ), sin ( ), dan
shad (
). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari lidah
bagian depan.
6.
Lahawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Qa
( ), dan Ka ( ).
Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu keluar dari anak lidah yang ada pada
pangkal lidah.
7.
Syajriyah yaitu sebutan huruf-huruf Ja (
), Sya ( ), dan
ya ( ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu
keluar dari lidah bagian tengah sejajar dengan langit-langit atas.
8.
Jaufiyah yaitu sebutan huruf-huruf mad
yakni ( ). Dinamakan demikian
karena huruf-huruf itu keluar dari rongga mulut.
9.
Litsawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Tsa
( ), Dza ( ), dan
Zha ( ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf
tersebut dari dekat gusi gigi seri atas.
10.
Syafawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Ba
( ), Fa (
), Mim ( ), dan
Wau ( ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf
tersebut keluar dari kedua bibir. [8]
2.3 Tanda
Baca Al-Qur’an
2.3.1 Tanda Waqaf
Waqaf artinya berhenti. Tanda waqaf berarti tanda menghentikan
bacaan Al-Qur’an. Perhatikan cara membaca Al-Qur’an berikut ini!
1.
Apabila waqaf di akhir ayat, huruf terakhir disukunkan (mati).
Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini!
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
2. Apabila
di akhir ayat hurufnya berharakat fathah
tanwin (selain huruf ta marbutah), tanwinnya tidak dibaca atau diganti fathah panjang (mad).
Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini!
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
3. Apabila
akhir ayat huruf ta marbutah ( ), ta itu berubah menjadi ha ( ) sukun atau mati.
Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini!
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
4. Apabila
akhir ayat alif ( ) atau ya ( ) dan sebelumnya berharakat fathah, huruf itu dibaca panjang.
Perhatikan
contoh-contoh di bawah ini!
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
-
Dibaca
waqaf =>
5.
Mengenal tanda waqaf
Sebagai muslim dan muslimah ketika membaca Al-Qur’an
harus memerhatikan rambu-rambunya. Termasuk rambu dalam membaca kitab suci
Al-Qur’an adalah tanda waqaf. Perhatikan
tanda-tanda waqaf di bawah ini!
No
|
Tanda
waqaf
|
Nama
Waqaf
|
Artinya
|
1.
|
Harus berhenti
|
||
2.
|
Tidak boleh berhenti
|
||
3.
|
Boleh berhenti dan
boleh terus
|
||
4.
|
Lebih utama berhenti
|
||
5.
|
Lebih utama
diteruskan
|
||
6.
|
Berhenti dan menahan nafas sejenak
|
||
7.
|
Berhenti pada tanda
pertama dan terus pada tanda berikutnya atau sebaliknya
|
2.3.2 Bacaan
wasal
Ketika
kita membaca Al-Qur’an harus tartil. Tidak terburu-buru atau cepat, serta jelas
bacaan panjang pendeknya. Bacalah Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid. Jelas
makhrajnya dan fasih bacaannya. Ketika ada tanda waqaf, berhenti. Begitu juga ketika ada tanda baca wasal, terus membacaya.
Wasal artinya terus atau menyambung bacaan. Maksudnya
meneruskan bacaan Al-Qur’an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus. Jika tidak kuat nafasnya,
boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali. Begitulah cara membaca
Al-Qur’an. Biasanya di akhir ayat dibaca waqaf.
Tanda baca wasal itu hanya dua,
pertama apabila ada tanda ( ) di atas
ayat artinya tidak boleh berhenti, harus diteruskan bacaannya. Kedua apabila
ada tanda ( ) di atas ayat artinya
lebih utama atau baik di teruskan bacaannya. [9]
3.1
Transliterasi Arab-Latin
3.1.1
Pengertian Dan Prinsip Pembakuan Transliterasi
Transliterasi
dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan
huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.
Prinsip pembakuan
Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin ini
disusun dengan prinsip sebagai berikut:
1.
Sejalan dengan ejaan yang disempurnakan
2.
Huruf Arab yang belum ada padanannya
dalam huruf latin dicarikan padanan dengan cara memberi tanda diakritik, dengan
dasar “satu fonem satu lambang”
3.
Pedoman trasliterasi ini diperuntukkan
bagi masyarakat umum.[10]
3.1.2
Pedoman Transliterasi Arab-Latin
Adapun pedoman yang
dirumuskan dalam mentransliterasi Arab-Latin adalah sebagai berikut :
1.
Konsonan
Fonem
konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tuliasan Arab dilambangkan dengan huruf,
dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian
dilambangkan dengan tanda,dan sebagian
lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus.
Dibawah
ini daftar huruf arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin.
Vocal
bahasa Arab, seperti vocal ahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal
Huruf
Arab
|
Nama
|
Huruf
Latin
|
Nama
|
Alif
|
tidak dilambangkan
|
tidak dilambangkan
|
|
ba’
|
B
|
be
|
|
ta’
|
T
|
te
|
|
sa’
|
S
|
es (dengan titik diatas)
|
|
Jim
|
J
|
je
|
|
ha’
|
H
|
ha (dengan titik dibawah)
|
|
kha’
|
Kh
|
ka dan ha
|
|
Dal
|
D
|
de
|
|
Zal
|
Z
|
zet ( dengan titik diatas )
|
|
ra’
|
R
|
er
|
|
Zai
|
Z
|
zet
|
|
Sin
|
S
|
es
|
|
Syin
|
Sy
|
es dan ye
|
|
Sad
|
S
|
es (dengan titik di bawah)
|
|
Dad
|
D
|
de ( dengan titik di bawah)
|
|
ta’
|
T
|
te (dengan titik di bawah)
|
|
za’
|
Z
|
zet (dengan titik di bawah)
|
|
‘ain
|
‘-
|
koma terbalik (di
atas)
|
|
Gain
|
G
|
ge
|
|
fa’
|
F
|
ef
|
|
Qaf
|
Q
|
ki
|
|
Kaf
|
K
|
ka
|
|
Lam
|
L
|
el
|
|
Min
|
M
|
em
|
|
Nun
|
N
|
en
|
|
Wau
|
W
|
we
|
|
ha’
|
H
|
ha
|
|
Hamzah
|
’-
|
apostrof
|
|
ya’
|
Y
|
Ye
|
2.
Vocal
Vocal
bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau
monoftong dan vocal rangkap atau diftong
a. Vocal
tunggal
Vocal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya
berrupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan
huruf, yaitu :
Tanda
|
Nama
|
Huruf
Latin
|
Nama
|
fathah
|
A
|
A
|
|
kasrah
|
I
|
I
|
|
dammah
|
U
|
U
|
b. Vocal
rangkap
Vocal rangkap bahasa Arab yang
lambangnya yang berupa gabungan antara harakat dan huruf, trasliterasinya
berupa gabungan huruf, yaitu :
Harakat Dan Huruf
|
Nama
|
Gabungan Huruf
|
Nama
|
fathah dan ya’
|
Ai
|
a dan i
|
|
fathah dan wau
|
Au
|
a dan u
|
Contoh :
ð Kataba => fa‘ala
ð Zukira =>
yazhabu
ð Sui’la =>
kaifa
ð Haula
3.
Maddah
Maddah atau vocal
panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf
dan tanda, yaitu :
Harakat Dan Huruf
|
Nama
|
Huruf Dan Tanda
|
Nama
|
fathah dan alif atau
ya’
|
A
|
a dan garis di atas
|
|
kasrah dan ya
|
I
|
i dan garis di atas
|
|
dammah dan wau
|
U
|
u dan garis di atas
|
Contoh :
ð Qala =>
rama
ð Qila =>
yaqulu
4.
Ta’ Marbuthah
Transliterasi untuk ta’ marbuthah ada
dua
1. Ta’
marbuthah hidup
Ta’ marbuthah yang hidup atau mendapat
harakat fathah, kasrah, dammah, transliterasinya adalah / t /.
2. Ta’
marbuthah mati
Ta’ marbuthah yang mati atau mendapat
harakat sukun, transliterasinya adalah /
h /.
3. Kalau
pada kata yang terakhir dengan ta’ marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’ marbuthah itu
ditransliterasikan denhan ha. (h).
Contoh :
ð Raudatul-’atfal
ð Al-madinatul-munawwarah
ð Talhah
5.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid
yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah
atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini tanda asyaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh
:
ð Rabbana =>
nazzala
ð Al-birr =>
al-hajj
ð Nu
‘ima
6.
kata sandang
kata snadang dalam
sistem tulisan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ( ) namun, dalam transliterasin ini kata
sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dan
kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
1. Kata
sandang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf
syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf / l / diganti
dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata
sandang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariah ditransliterasikan dengan huruf aturan yang digariskann di depan dan
sesuai pula dengan bunyinya.
Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf
qamariah, kata sandang diutulis terpisah dari kata yang megikuti dan
dihubungkan dengan kata sempang.
Contoh
:
ð Ar-rajulu =>
as-sayyidatu
ð Asy-syamsu =>
al-qalama
ð Al-badi‘u =>
al-jalalu
7.
Hamzah
Dinyatakan di depan
bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan arab berupa alif.
Contoh :
ð Ta’khuzuna =>
an-nau’
ð Syai’un =>
inna
ð Umirtu =>
akala
8.
Penulisan kata
Pada dasarnya setiap
kata, baik fiil, isim, maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu
yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain
Karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan
tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikkutinya.
Contoh
:
ð Wa
innallaha lahuwa khairur-raziqin
ð Fa
auful-kaila wal-mizan
ð Ibrahimul-Khalil
9.
Huruf kapital
Meskipun dalam sistem
tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliteraasi ini huruf
tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti apa ynag berlku dalam
EYD, diantaranya: huruf capital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri
dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awalnama diri tersebut, bukan huruf
awal kata sandangnya.
Contoh :
ð Wa
ma Muhammadun illa rasul
ð Inna
awwala baitiw wudi‘a linnas lallazi bi Bakkata mubaraka
Penggunaan
huruf awal capital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan bahasa Arab-nya
memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain
sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak
dipergunakan.
Contoh :
ð Nasrun
minallahi wafathun qarib
ð Wallahu
bikulli syai’in ‘alim
10.
Tajwid
Bagi mereka yang
menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi merupakan bagian
yang tak terpisahkan dengan ilmu Tajwid. Karena itu peresmian pedoman
transliterasi ini perlu disertai degan pedoman tajwid. [11]
BAB
III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Huruf
atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak cipta dan rasa.
, bahasa tulis tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini.
Namun telah melalui beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat
menjadi seperti sekarang. Yaitu : Fase al-shuwari al-dzati, Fase al-shuwari
al-ramzi, Fase al-maqtha’I, Fase al-hija’I.
Kata huruf berasal dari bahasa Arab : harf atau huruf. Huruf Arab disebut juga
huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari kata kerja hajja yang artinya mengeja,
menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di mulai dari alif
dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah.
Semua huruf atau tulisan di dunia ini
pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana yang telah ditemukan,
disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling tua dalam bentuk gambar atau
lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian generasi selanjutnya melakukan
proses pengurangan, penambahan, dan penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga
terwujud bentuk huruf seperti sekarang ini. Demikian pula dengan huruf atau
tulisan Arab. Hingga Pada awal abad ke-7 M terjadi penyempurnaan huruf Arab
yang dilakukan dengan cara : Menciptakan syakal, Membedakan huruf yang sama
bentuk dengan garis, dan Membalik tanda-tanda.
Al-Quran
memiliki tanda baca yaitu waqaf dan wasal. Waqaf artinya berhenti, dan Wasal artinya terus atau menyambung bacaan. Transliterasi
dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan
huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Adapun pedoman yang dirumuskan dalam
mentransliterasi Arab-Latin adalah sebagai berikut : Konsonan, vocal,Maddah,
Ta’marbutah, Syaddah, Kata sandang, Hamzah, penulissan kata,Huruf capital,
Tajwid.
3.2 Saran
Sebagai seorang hamba Allah yang
memiliki pedoman hidup yaitu berupa kitab suci yang disebut dengan nama
al-qur’an. Sudah seharusnya kita sebagai umat manusia membaca dan mengamalkan
kandungan yang terdapat al-qur’an sehingga diperlukan pemahaman dan pengetahuan
mengenai huruf Arab atau yang biasa disebut dengan nama huruf hijaiyah.
Membutuhkan pemahaman tentang tanda baca al-qur’an agar bacaan kita lakukan
dengan benar. Transliterasi juga sangat diperlukan karena kita bukanlah
menggunakan tulisan Arab dalam kehidupan sehari-hari melainkan tulisan latin.
Sebagai
pendidik atau calon guru khususnya MI pemahaman dan penguasaan mengenai Huruf
Hijaiyah, tanda baca dan transliterasi adalah supaya kita bisa menjadi pendidik
atau calon pendidik yang qur’ani dan dapat menjadikan anak didik yang tidak
hanya memiliki tingkat intelektual yang tinggi tapi harus diseimbangkan dengan
nilai religiusnya juga serta menjadikan Negara kita menjadi lebih maju dengan
lahirnya anak bangsa yang seperti diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Munjiah,
Ma’rifatul.2009. Imla’ Teori dan Terapan.
Malang : UIN-Malang Press
H.
subkhi, Ahmad Busyairi, Salimul Jihad, Syamsu Syaokani, M. Nasikin, Zaidi
Abdad, muslihun Muslim. 2011. Pintu
Cahaya Al-qur’an (Dasar-Dasar Pengajaran Tajwidul Qur’an). Mataram :
Laboratorium al-Qur’an, IAIN
Subarna,
Abay D, Dim, Herry, Bangun, Jabatin, Yampolsky, Philip. 2006. Sistem Tulisan dan Kaligrafi. Jakarta :
LPSN
Tim
Bina Karya Guru. 2008. Bina Belajar
Al-Qur’an dan hadis Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas II. Jakarta : Erlangga
Tim
Bina Karya Guru. 2008. Bina Belajar
Al-Qur’an dan hadis Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta : Erlangga
[1] Abay D. Subarna, herry Dim,
jabatin Bangun, Philip Yampolsky, Sistem
Tulisan dan Kaligrafi, LPSN, 2006, hlm 3-4
[2] Ibid, hlm 5
[4]
Ibid, hlm
[5]
Ibid, hlm 9-10
[6] Ibid, hlm 10-11
[7] Ibid
[8] H. subkhi, Ahmad Busyairi,
Salimul Jihad, Syamsu Syaokani, M. Nasikin, Zaidi Abdad, muslihun Muslim. Pintu Cahaya Al-qur’an (Dasar-Dasar
Pengajaran Tajwidul Qur’an). 2011. Hlm 22
[9] Tim Bina Karya Guru, Bina belajar Al-Qur’an dan Hadis untuk Madrasah
Ibtidaiyah Kelas II, Erlangga,2008, hlm 24-30
[10] Tim Bina Karya Guru, Bina belajar Al-Qur’an dan Hadis untuk
Madrasah Ibtidaiyah Kelas 6, Erlangga,2008, hlm 111
[11] Ibid, hlm 111-116
Tidak ada komentar:
Posting Komentar