Jumat, 13 November 2015

Mengenal Huruf Hijaiyah, Tanda Baca Al-Qur’an dan Transliterasi Huruf Arab-Latin


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malakait Jibril yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Dan baran siapa saja yang membaca al-Qur’an sekalipun tidak memahami maknanya terhitung sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam hadis Qudsi  :
Artinya : Diriwayatkan oleh Abu said, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT berfirman : siapa-siapa yang disibukkan dari memohon kepada Ku karena membaca Al-Qur’an, maka aku akan berikan dia sebaik-baik ganjaran orang yang bermohon. Kelebihan firman Allah dari semua perkataan adalah seperti kelbihan Allah dari semua makhluk-Nya.” (HR. Tirmudzi)
Dari hadis diatas dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki potensi yang sangat mulia sebagai sebaik-baik kitab suci dan sekaligus sebagai pedoman hidup.
Nabi Muhammad SAW pun sangat besar perhatiannya terhadap pemeliharaan al-quran, sehingga setiap turun suatu ayat, dari permulaan hingga penghabisan, Nabi SAW menyuruh para penulisnya agar menulisnya dengan cermat.. Maka Allah selalu menjaganya dari berbagai perubahan dan penukaran. Baik pada surat-suratnya maupun ayat-ayatnya, bahkan pada huruf-hurufnya. Sebagaimana dalam firman-Nya  QS Al-Hajr [15]:9) “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Karena kemuliaan al-Qur’an dan untuk mendapatkan ganjaran pahala yang besar sudah tentu kita harus membaca dan juga mengamalkannya. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman mengenai huruf Hijaiyah yang merupakan bahasa resmi Al-Qur’an, dan juga dibutuhkan pemahaman mengenai tanda-tanda baca Al-qur’an serta di zaman yang modern init tak dipugkiri kebutuhan kita untuk dapat mentranliterasi huruf Arab-Latin. Dalam makalah ini akan membahas tiga pokok pebahasan tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana Sejarah tulisan dan perkembangannya?
1.2.2  Huruf Hijaiyah
a.       Apakah Pengertian Huruf Hijaiyah?
b.      Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah?
c.       Bagaimana Proses Penyempurnaan Tulisan Arab?
d.      Apakah Nama Lain Huruf Hijaiyah?
1.2.3   Apa Sajakah Tanda Baca Al-Qur’an ?
a.       Bagaimanakah Tanda Waqaf?
b.      Bagaimanakah Tanda Wasal?
1.2.4  Bagaimana Transliterasi Arab-Latin?
a.       Apakah Pengertian dan Prinsip Pembakuan Transliterasi?
b.      Bagaimanakah Pedoman Transliterasi Arab-Latin?
1.3  Tujuan
1.3.1  Untuk Mengetahui Sejarah Tulisan Dan Perkembangannya
1.3.2  Untuk Mengenal Huruf Hijaiyah
a.       Untuk Mengetahui Pengertian Huruf Hijaiyah
b.      Untuk Memahami Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah
c.       Untuk Mengetahui Proses Penyempurnaan Tulisan Arab
d.      Untuk Mengetahui Nama Lain Huruf Hijaiyah
1.3.3   Untuk Mengetahui Tanda Baca Al-Qur’an
a.       Untuk Memahami Tanda Waqaf
b.      Untuk Memahami Tanda Wasal
1.3.4   Untuk Memahami Transliterasi Arab-Latin
a.       Untuk Mengetahui Pengertian dan Pembakuan Transliterasi
b.      Untuk Memahami Pedoman Transliterasi Arab-Latin








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tulisan dan Perkembangannya
Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak cipta dan rasa.  Pada awalnya komunikasi dilakukan secara lisan dan isyarat. Namun ada banyak hal yang sulit dikomunikasikan dengan dua cara tersebut, dan membutuhkan cara ketiga yaitu bahasa tulis, bahasa tulis tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Namun telah melalui beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat menjadi seperti sekarang.
1.      Fase al-shuwari al-dzati, mendiskripsikan suatu peristiwa melalui gambar itu sendiri. Fase ini merupakan fase paling sederhana tetapi juga bersifat terbatas.
2.      Fase al-shuwari al-ramzi, mendiskripsikan suatu peristiwa waktu terjadinya, atau situasi dan kondisi pada saat peristiwa yang terjadi melalui makna yang dilambangkan.
3.      Fase al-maqtha’I, merupakan tanda-tanda yang dapat menggantikan fungsi gambar sebagai bahasa tulis.
4.      Fase al-hija’I dalam perkembangan selanjutanya, maktha-maktha tersebut menjadi huruf setelah akulturasi.[1]
2.2 Huruf Hijaiyah
2.2.1 Pengertian Huruf  Hijaiyah
Kata huruf berasal dari bahasa Arab : harf atau huruf. Huruf Arab disebut juga huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari kata kerja hajja yang  artinya mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di mulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah.
Huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf rangkap lam-alif  dan hamzah sebagai huruf  yang berdiri sendiri. Orang yang pertama kali menyusun huruf  hijaiyah secara berurutan mulai dari alif sampai ya’ adalah Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi. Cara menulis huruf Arab berbeda dengan huruf  Latin. Kalau huruf  latin dari kiri ke kanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri. [2]
2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Huruf Hijaiyah
Semua huruf atau tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling tua dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian generasi selanjutnya melakukan proses pengurangan, penambahan, dan penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga terwujud bentuk huruf seperti sekarang ini. Demikian pula dengan huruf atau tulisan Arab.
Menurut penelitian para sejarawan, tulisan Arab yang dipergunakan sekarang ini berasal dari mesir kuno : hieroglyph. Keadaan tulisan pada awalnya adalah dalam bentuk lambang yang terpisah-pisah seperti huruf cetak latin, hanya huruf konsonan (selain wawu, alif dan ya’) yang ditulis, tidak memakai titik-titik, dan terkadang satu huruf dipakai untuk beberapa huruf yang mempunyai kesamaan bentuk tanpa diberi tanda pembeda seperti lazimnya huruf pada masa sekarang.
Dalam perkembangan berikutnya, tulisan Arab mengalami proses penyempurnaan bentuk meskipun belum dibedakan. Hal ini terjadi setelah adanya penetrasi budaya dan peradaban oleh suku Anbar dan Hirah. Ciri huruf atau tulisan pada fase ini adalah huruf-huruf sudah ditulis secara bersambung, juga adanya penambahan beberapa huruf yang sebelumnya tidak ada. Seperti tsa’, dzal, dhad, dla’ dan ghin. Model tulisan yang demikian dipergunakan sampai abad ke-6 M.
Pada akhir abad ke-6 M memasuki awal abad ke-7 M, mulai banyak orang Islam yang pandai baca-tulis, khususnya di kalangan pemudanya. Karena adanya program pemberatasan buta huruf yang dicanangkan Nabi Muhammad saw. Yakni tawanan-tawanan non muslim yang tidak membahayakan Islam jika dibebaskan dan mereka mempunyai kemampuan baca-tulis yang cukup, maka tiap satu orang tawanan non muslim yang satu orang tawanan diharuskan mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh anak orang Islam sampai mahir. Di antara sahabat nabi yang pandai baca-tulis adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, Yazid bin Abi Sufyan dll. Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad saw oleh sebagian sahabat yang dapat menulis, dituliskan diatas pelepah kurma, kayu, tulang, batu dan material lainnya.
Dengan wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 623 M , dan banyaknya penghafal yang gugur di medan perang, umat islam merasakan kebutuhan mendesak untuk mencatat wahyu dalam bentuk lebih permanen. Atas hal itu Umar bin al-Khatthab, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun dan menulis semua ayat dalam susunan sesuai yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad saw. [3]
Agama islam terus tersebar keberbagai belahan dunia, berkembang kekhawatiran bahwa Al-Qur’an yang asli akan hilang dan menyimpang. Proses pelestarian dan tujuan berdakwah melahirkan kebutuhan baru untuk menyempunakan tulisan. Berangsur-angsur aturan ditetapkan untuk menyambung banyak huruf Arab. Model tulisan yang digunakan para sahabat Nabi dan orang Arab pada masa itu adalah tulisan hijazi, yaitu bentuk tulisan yang merupakan penyempurnaan dari rentetan pertumbuhan dan perkembangan tulisan Arab dalam proses mencari bentuk kesempurnaan huruf yang memenuhi kebutuhan bahasa. [4]
2.2.3 Penyempurnaan Tulisan Arab
Penyempurnaan ini dibutuhkan karena munculnya kasus kesalahan baca ayat al-Qur’an adalah fatal sebab dapat merubah makna ayat tersebut. Dengan demikian meluasnya agama Islam ke berbagai suku dan bangsa-bangsa bukan Arab yang tidak mengenal bahasa Arab, kekhawatiran terjadinya kesalahan yang sama semakin kuat. Karena bahasa dan tulisan Arab merupakan bahasa dan tulisan resmi al-qur’an. Sedangkan bahasa dan tata bahasa pada waktu itu belum dibakukan. Penyempurnaan tulisan Arab selanjutnya adalah dengan :
a.       Menciptakan syakal
Pada awal abad ke-7 M, awal daulah Umawiyah, Ziyad bi Abi Sufyan meminta kepada seorang ahli bahasa Arab, Abu Aswad al-Duali untuk menciptakan syakal sehingga mempermudah membaca al-qur’an dan meminimalisir kesalahan baca. Tanda baca yang diciptakan sbb :
-          Titik satu disebelah kiri huruf berarti dhammah
-          Titik satu tepat di atas huruf berarti fathah
-          Titik satu tepat di bawah huruf berarti kasrah
-          Bila titik didobelkan maka menjadi tanwin
Titik-titik yang menjadi syakal ditulis dengan tinta merah sedangkan, huruf ditulis dengan tinta warna hitam.[5]
b.      Membedakan huruf yang sama bentuk dengan garis
Tanda baca ciptaan al-dauli sangat membantu dalam membaca al-Qur’aan. Tetapi, huruf-huruf yang bentuknya sama dan ejaannya berbeda sering kali membingungkan. Hingga pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) seorang gubernur bernama al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi meminta Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar untuk memberi tanda pada huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berbeda ejaan. Nashr dan Yahya selanjutnya menciptakan tanda berupa garis-pendek yang diletakkan di atas atau dibawah huruf. Tanda dan garis-pendek tetap dipakai selama pemerintahan Bani Umayyah sampai awal pemerintahan Abasiyah ± 685-750 M. [6]
c.       Membalik tanda-tanda
Setelah beberapa waktu, sistem penandaan titik dan garis-pendek mengalami perubahan. Munculnya keluhan dari para pembaca al-Qur’an yang dianggap menyulitkan, selain itu model penandaan dengan menggunakan tinta tinta (waktu itu mesin cetak belum dikenal) memunculkan problem lain. Tinta yang tidak bersifat permanen, sehingga seringkali menyebabkan garis-garis pendek menjadi seperti titik-titik atau sebaliknya. Sementara itu tinta merah yang digunakan untuk menulis tanda titik karena terlalu lama menjadi kehitam-hitaman menyerupai huruf atau garis pendek yang memang ditulis dengan tinta hitam. Sebuah fakta ynag memunculkan kesulitan baru karena orang menjadi bingung mana syakal mana huruf tertentu.
            Kesulitan ini menggerakkan seorang ahli tata bahasa Arab, yaitu al-Khalil bin Ahmad mengadakan perubahan. Al-Khalil membalik fungsi tanda baca yang diciptakan Abu Aswad dan Nashr-Yahya. Titik-titik yang awalnya merupakan harakat sekarang dijadikan tanda untuk membedakan huruf yang berbentuk sama namun berbeda ejaan. Dan untuk syakal, al-Khalil megambil dari huruf-huruf yang menjadi sumber bunyi . [7]
2.2.4  Nama Lain Huruf Hijaiyah
Di samping dikenal dengan nama huruf hijaiyah, juga mempunyai nama atau sebutan lain sesuai dengan Makraj-nya. Adapun nama-nama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Halqiyah yaitu sebutan huruf hamzah (   ), Ha’ (   ), ‘ain (   ), Ha (   ), ghain (   ), dan kha’( ), dinamakan Halqiyah karena huruf-huruf tersebut keluar dari tenggorokan atau kerongkongan.
2.      Janbiyah yaitu sebutan huruf dlad (   ), dinamakan demikian karena huruf ini berada ditepi lidah, baik tepi bagian kanan atau kiri.
3.      Dzalqiyah yaitu sebutan huruf lam (   ), Nun (   ), dan ra’ (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari pinggir ujung tepi lidah.
4.      Nath’iyah yaitu sebutan huruf-huruf ta’ (   ), dal (   ), dan tha’ (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari kulit lubang langit-langit atas.
5.      Asaliyah yaitu sebutan huruf-huruf Zai (   ), sin (   ), dan shad  (  ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari lidah bagian depan.
6.      Lahawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Qa (   ), dan Ka (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu keluar dari anak lidah yang ada pada pangkal lidah.
7.      Syajriyah yaitu sebutan huruf-huruf Ja (   ), Sya (   ), dan ya (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu keluar dari lidah bagian tengah sejajar dengan langit-langit atas.
8.      Jaufiyah yaitu sebutan huruf-huruf mad yakni (             ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu keluar dari rongga mulut.
9.      Litsawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Tsa (   ), Dza (   ), dan Zha (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut dari dekat gusi gigi seri atas.
10.  Syafawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Ba (   ), Fa (   ), Mim (   ), dan Wau (   ). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari kedua bibir. [8]


2.3  Tanda Baca Al-Qur’an
2.3.1  Tanda Waqaf
Waqaf  artinya berhenti. Tanda waqaf berarti tanda menghentikan bacaan Al-Qur’an. Perhatikan cara membaca Al-Qur’an berikut ini!
1.      Apabila waqaf di akhir ayat, huruf terakhir disukunkan (mati).
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini!
-                                                    Dibaca waqaf  =>
-                                                    Dibaca waqaf  =>
-                                                    Dibaca waqaf  =>
2.      Apabila di akhir ayat hurufnya berharakat fathah tanwin (selain huruf ta marbutah), tanwinnya tidak dibaca atau diganti fathah panjang (mad).
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini!
-                                                    Dibaca waqaf  =>
-                                                    Dibaca waqaf  =>
-                                                    Dibaca waqaf  =>
3.      Apabila akhir ayat huruf  ta marbutah (     ), ta itu berubah menjadi ha (     ) sukun atau mati.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini!
-                                                    Dibaca waqaf =>
-                                                    Dibaca waqaf =>
-                                                    Dibaca waqaf =>
4.      Apabila akhir ayat alif (   ) atau ya (   ) dan sebelumnya berharakat fathah, huruf itu dibaca panjang.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini!
-                                                    Dibaca waqaf =>
-                                                    Dibaca waqaf =>
-                                                    Dibaca waqaf =>
5.      Mengenal tanda waqaf
Sebagai muslim dan muslimah ketika membaca Al-Qur’an harus memerhatikan rambu-rambunya. Termasuk rambu dalam membaca kitab suci Al-Qur’an adalah tanda waqaf. Perhatikan tanda-tanda waqaf di bawah ini!

No
Tanda waqaf
Nama Waqaf
Artinya
1.


Harus berhenti
2.


Tidak boleh berhenti
3.


Boleh berhenti dan boleh terus
4.


Lebih utama berhenti
5.


Lebih utama diteruskan
6.


Berhenti  dan menahan nafas sejenak
7.


Berhenti pada tanda pertama dan terus pada tanda berikutnya atau sebaliknya

2.3.2  Bacaan wasal
Ketika kita membaca Al-Qur’an harus tartil. Tidak terburu-buru atau cepat, serta jelas bacaan panjang pendeknya. Bacalah Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid. Jelas makhrajnya dan fasih bacaannya. Ketika ada tanda waqaf, berhenti. Begitu juga ketika ada tanda baca wasal, terus membacaya.
Wasal artinya terus atau menyambung bacaan. Maksudnya meneruskan bacaan Al-Qur’an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus. Jika tidak kuat nafasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali. Begitulah cara membaca Al-Qur’an. Biasanya di akhir ayat dibaca waqaf. Tanda baca wasal itu hanya dua, pertama apabila ada tanda (   ) di atas ayat artinya tidak boleh berhenti, harus diteruskan bacaannya. Kedua apabila ada tanda (   ) di atas ayat artinya lebih utama atau baik di teruskan bacaannya. [9]
3.1 Transliterasi Arab-Latin
3.1.1 Pengertian Dan Prinsip Pembakuan Transliterasi
            Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.
Prinsip pembakuan
Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin ini disusun dengan prinsip sebagai berikut:
1.      Sejalan dengan ejaan yang disempurnakan
2.      Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf latin dicarikan padanan dengan cara memberi tanda diakritik, dengan dasar “satu fonem satu lambang”
3.      Pedoman trasliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.[10]
3.1.2 Pedoman Transliterasi Arab-Latin
Adapun pedoman yang dirumuskan dalam mentransliterasi Arab-Latin adalah sebagai berikut :
1.      Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tuliasan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda,dan  sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus.
Dibawah ini daftar huruf arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin.
Vocal bahasa Arab, seperti vocal ahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama

Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan

ba’
B
be

ta’
T
te

sa’
S
es (dengan titik diatas)

Jim
J
je

ha’
H
ha (dengan titik dibawah)

kha’
Kh
ka dan ha

Dal
D
de

Zal
Z
zet ( dengan titik diatas )

ra’
R
er

Zai
Z
zet

Sin
S
es

Syin
Sy
es dan ye

Sad
S
es (dengan titik di bawah)

Dad
D
de ( dengan titik di bawah)

ta’
T
te (dengan titik di bawah)

za’
Z
zet (dengan titik di bawah)

‘ain
‘-
koma terbalik (di atas)

Gain
G
ge

fa’
F
ef

Qaf
Q
ki

Kaf
K
ka

Lam
L
el

Min
M
em

Nun
N
en

Wau
W
we

ha’
H
ha

Hamzah
’-
apostrof

ya’
Y
Ye
2.      Vocal
Vocal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong
a.       Vocal tunggal
Vocal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berrupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama

fathah
A
A

kasrah
I
I

dammah
U
U
b.      Vocal rangkap
Vocal rangkap bahasa Arab yang lambangnya yang berupa gabungan antara harakat dan huruf, trasliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :


Harakat Dan Huruf
Nama
Gabungan Huruf
Nama

fathah dan ya’
Ai
a dan i

fathah dan wau
Au
a dan u
Contoh :
ð  Kataba                                                       =>  fa‘ala
ð  Zukira                                                        => yazhabu
ð  Sui’la                                                         => kaifa
ð  Haula                                                        
3.      Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harakat Dan Huruf
Nama
Huruf Dan Tanda
Nama

fathah dan alif atau ya’
A
a dan garis di atas

kasrah dan ya
I
i dan garis di atas

dammah dan wau
U
u dan garis di atas
Contoh :
ð  Qala                                                           => rama
ð  Qila                                                           => yaqulu
4.      Ta’ Marbuthah
Transliterasi untuk ta’ marbuthah ada dua
1.      Ta’ marbuthah hidup
Ta’ marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dammah, transliterasinya adalah / t /.
2.      Ta’ marbuthah mati
Ta’ marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah  / h /.
3.      Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’ marbuthah itu ditransliterasikan denhan ha. (h).
Contoh :
ð  Raudatul-’atfal
ð  Al-madinatul-munawwarah
ð  Talhah
5.      Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini tanda asyaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
      Contoh :
ð  Rabbana                                                    => nazzala      
ð  Al-birr                                                       => al-hajj
ð  Nu ‘ima
6.      kata sandang
kata snadang dalam sistem tulisan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu (      ) namun, dalam transliterasin ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
1.      Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf / l / diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2.      Kata sandang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan dengan huruf aturan yang digariskann di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang diutulis terpisah dari kata yang megikuti dan dihubungkan dengan kata sempang.
      Contoh :
ð  Ar-rajulu                                                    => as-sayyidatu
ð  Asy-syamsu                                               => al-qalama
ð  Al-badi‘u                                                  => al-jalalu
7.      Hamzah
Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan arab berupa alif.
Contoh :
ð  Ta’khuzuna                                               => an-nau’
ð  Syai’un                                                      => inna
ð  Umirtu                                                       => akala

8.      Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fiil, isim, maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain Karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikkutinya.
      Contoh :
ð  Wa innallaha lahuwa khairur-raziqin
ð  Fa auful-kaila wal-mizan
ð  Ibrahimul-Khalil
9.      Huruf kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliteraasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti apa ynag berlku dalam EYD, diantaranya: huruf capital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awalnama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh :
ð  Wa ma Muhammadun illa rasul
ð  Inna awwala baitiw wudi‘a linnas lallazi bi Bakkata mubaraka
Penggunaan huruf awal capital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan bahasa Arab-nya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.
      Contoh :
ð  Nasrun minallahi wafathun qarib
ð  Wallahu bikulli syai’in ‘alim
10.  Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan ilmu Tajwid. Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai degan pedoman tajwid. [11] 
  
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
      Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak cipta dan rasa. , bahasa tulis tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Namun telah melalui beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat menjadi seperti sekarang. Yaitu : Fase al-shuwari al-dzati, Fase al-shuwari al-ramzi, Fase al-maqtha’I, Fase al-hija’I.
Kata huruf berasal dari bahasa Arab : harf atau huruf. Huruf Arab disebut juga huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari kata kerja hajja yang  artinya mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di mulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah.
Semua huruf atau tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan oleh generasi paling tua dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat dilihat oleh mata. Kemudian generasi selanjutnya melakukan proses pengurangan, penambahan, dan penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga terwujud bentuk huruf seperti sekarang ini. Demikian pula dengan huruf atau tulisan Arab. Hingga Pada awal abad ke-7 M terjadi penyempurnaan huruf Arab yang dilakukan dengan cara : Menciptakan syakal, Membedakan huruf yang sama bentuk dengan garis, dan Membalik tanda-tanda.
Al-Quran memiliki tanda baca yaitu waqaf dan wasal. Waqaf artinya berhenti, dan Wasal artinya terus atau menyambung bacaan. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Adapun pedoman yang dirumuskan dalam mentransliterasi Arab-Latin adalah sebagai berikut : Konsonan, vocal,Maddah, Ta’marbutah, Syaddah, Kata sandang, Hamzah, penulissan kata,Huruf capital, Tajwid.


3.2 Saran
            Sebagai seorang hamba Allah yang memiliki pedoman hidup yaitu berupa kitab suci yang disebut dengan nama al-qur’an. Sudah seharusnya kita sebagai umat manusia membaca dan mengamalkan kandungan yang terdapat al-qur’an sehingga diperlukan pemahaman dan pengetahuan mengenai huruf Arab atau yang biasa disebut dengan nama huruf hijaiyah. Membutuhkan pemahaman tentang tanda baca al-qur’an agar bacaan kita lakukan dengan benar. Transliterasi juga sangat diperlukan karena kita bukanlah menggunakan tulisan Arab dalam kehidupan sehari-hari melainkan tulisan latin.
Sebagai pendidik atau calon guru khususnya MI pemahaman dan penguasaan mengenai Huruf Hijaiyah, tanda baca dan transliterasi adalah supaya kita bisa menjadi pendidik atau calon pendidik yang qur’ani dan dapat menjadikan anak didik yang tidak hanya memiliki tingkat intelektual yang tinggi tapi harus diseimbangkan dengan nilai religiusnya juga serta menjadikan Negara kita menjadi lebih maju dengan lahirnya anak bangsa yang seperti diharapkan.       




 






                
                    
DAFTAR PUSTAKA
Munjiah, Ma’rifatul.2009. Imla’ Teori dan Terapan. Malang : UIN-Malang Press
H. subkhi, Ahmad Busyairi, Salimul Jihad, Syamsu Syaokani, M. Nasikin, Zaidi Abdad, muslihun Muslim. 2011. Pintu Cahaya Al-qur’an (Dasar-Dasar Pengajaran Tajwidul Qur’an). Mataram : Laboratorium al-Qur’an, IAIN
Subarna, Abay D, Dim, Herry, Bangun, Jabatin, Yampolsky, Philip. 2006. Sistem Tulisan dan Kaligrafi. Jakarta : LPSN
Tim Bina Karya Guru. 2008. Bina Belajar Al-Qur’an dan hadis Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas II. Jakarta : Erlangga
Tim Bina Karya Guru. 2008. Bina Belajar Al-Qur’an dan hadis Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta : Erlangga




[1] Abay D. Subarna, herry Dim, jabatin Bangun, Philip Yampolsky, Sistem Tulisan dan Kaligrafi, LPSN, 2006, hlm 3-4
[2] Ibid, hlm 5
[3]  Ma’rifatul Munjiah, Imla’ Teori dan Terapan, UIN-Malang Press, Malang, 2009, hlm
[4]  Ibid, hlm
[5]  Ibid, hlm 9-10
[6] Ibid, hlm 10-11
[7] Ibid
[8] H. subkhi, Ahmad Busyairi, Salimul Jihad, Syamsu Syaokani, M. Nasikin, Zaidi Abdad, muslihun Muslim. Pintu Cahaya Al-qur’an (Dasar-Dasar Pengajaran Tajwidul Qur’an). 2011. Hlm 22
[9] Tim Bina Karya Guru, Bina belajar Al-Qur’an dan Hadis untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas II, Erlangga,2008, hlm 24-30
[10] Tim Bina Karya Guru, Bina belajar Al-Qur’an dan Hadis untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas 6, Erlangga,2008, hlm 111
[11] Ibid, hlm 111-116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar