Jumat, 13 November 2015

Pengembangan Variasi dalam Strategi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
     Pendidik adalah orang yang bertangggung jawab terhadap pelaksaan pendidikan dengan sasaran peserta didik dan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidik, di pundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upayag mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang diciptaka. Sedangkan peserta didik adalah salah satu factor pendidikan yang paling penting. Peserta didik disini adalah mahluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun fisiologosnya. Oleh karena itu ia senantiasa memerlukan bimbingan dan arahan dari pendidik agar dapar mengembangkan potensinya secara optimal.
     Melihat dari kenyataan yang ada banyak peserta didik yang mengalami kejenuhan dalam belajar. Untuk itu guru sebagai fasilitator harus hal tersebut. Bagaimana harus menghadapi sikap peserta didik yang ditunjukkan. Kejenuhan kadang ditimbulkan guru, yaitu guru menyampaikan materi pelajaran tidak sesuai  dengan bagaimana variasi yang diberikan. Dalam hal ini terkait dengan bagaimana pengembangan variasi dalam pembelajaran, karena tujuan pembelajaran adalah cita-cita atau maksud atau sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar.

B.        Rumusan Masalah
1.   Apakah Pengertian Variasi Pembelajaran?
2.   Apa Tujuan Variasi dalam Proses Pembelajaran?
3.   Apa Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran?
4.   Apa Dimensi-Dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran?
5.   Apa Kearifan Penggunaan Variasi dalam  Proses Pembalajaran?



C.       Tujuan Masalah
1.   Mengetahui Pengartian Variasi Pembelajaran.
2.   Mengetahui Tujuan Variasi dalam Proses Pembelajaran.
3.   Mengetahui Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran.
4.   Mengetahui Dimensi-Dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran.
5.   Mengetahui Kearifan Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian variasi pembelajaran
 Menurut kamus ilmiah popular adalah ‘selingan,selang-seling, atau ‘pergantian. Udin S. Winaputra (2004) mengartikan “variasi” sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud sebagai perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi masing-masing mode tersebut. Adapun variasi pembelajaran merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatam pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pembeajaran adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang bervariasi. Apabila guru mampu menghadirkan proses pembelajaran yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi.
Kejenuhan siswa dalam memperoleh pembelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau pergi kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pembelajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi pembelajaran berjalan normal.
B.     Tujuan Variasi dalam Proses Pembelajaran
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalalm hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyanakan. Orang yang akan suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno mejelaskan bahwa dalalm konteks pembelajaran, variasi diperlukan dengan tujuan sebagai berikut.
1.      Agar Perhatian Siswa Meningkat
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dituntut untuk memperhatikan materi, sikap dan teladan yang diberikan guru. Apabila perhatian siswa berkurang apalagi tidak memperhatikan sama sekali, sulit diharapkan jika siswa mengetahui dan memahami apa yang diuraikan guru.
Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa pada materi pembelajaran, contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru kurang mampu, jumlah siswa yang didalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah yang kurang kondusif (rebut), dll. Karena itu, tujuan pembelajaran akan tercapai manakala kendala-kendala di atas dapat teratasi, disamping siswa mau dan mampu mencerna pelajaran yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Dengan perhatian yang penuh tersebut diharapkan siswa akaln mampu menguasai materi pelajaran yang akan diberikan guru.
2.      Memotivasi Siswa
Istilah motivasi menunjuk kepada segala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tersebut. Misalnya, prestasi yang berbeda antara seorang atlit yang satu dengan yang lainnya dapat diamati dari perbedaan dari motivasi yang dimiliki oleh masing-masing atlit tersebut. Begitu juga dalam belajar, guru dapat mengamati perbedaan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Hasil pengamatan tersebut akan menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai seorang siswa salah satunya terkait dengan besarnya motivasi yang ia miliki.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak akan mendapat kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiri harus menjaga motivasinya, guru juga hendaknya membantu siswa untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya. Dalam konteks itulah variasi yang dilakukan guru berkontribusi besar untuk membantu siswa agar lebih termotivasi dalam balajar.
3.      Menjaga Wibawa Guru
Guru hendaklah menyadari bahwa kehadirannya suatu pembelajaran tidak seluruh siswa menyenanginya. Banyak guru yang kehadirannya di kelas, disambut dengan seyum kecut, ditertawai, bahkan adakalanya siswa menggunjing guru baik melalui singgungan (tidak berlangsung) atau menggunjing ketika guru itu selesai mengajar. Kondisi ini akan berpengaruh buruk penerimaan materi pelajaran oleh siswa. Dengan kata lain, siswa tidak akan optimal mengikuti dan memperoleh pembelajaran dari guru.
Faktor ketidaksenangan siswa terhadap guru umumnya terjadi sebagai reaksi terhadap prilaku guru selama melakukan pembelajaran. Umpamanya siswa menyebut “ Pak Ambeyen”. Atau guru hanya menggunakan ceramah saja sehingga tidak pernah melakukan kegiatan tulis-menulis di papan tulis. Cara demikian juga dapat mengundang gunjingan seperti siswa menyebut gurunya dengan “Tukang Obat”. Gunjingan tersebut dengan jelas merendahkan wibawa guru di mata siswa.
Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu membelajarkan dengan percaya diri, memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasan teknik, dan sebagainya. Dengan kta lain, guru harus memiliki bentuk dan model pembelajaran yang bervariasi.
4.      Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran
Guru yang memiliki kemampuan variasi pembelajaran, terlebih dahulu ditentukan oleh penguasaannya terhadap seluruh elemen-elemen pembelajaran seperti materi, metode, media, pendekatan dan tehnik pembelajaran. Jika hal-hal itu kurang, apalagi tidak dikuasai, maka sangat sulit mendambakan seorang guru yang memiliki variasi membelajarkan secara tepat dan diterima oleh siswa.
Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuan guru memiliki variasi pembelajaran tergantung dari kesediaan fasilitas yang ada di kelas atau sekolah. Sebab, sangat disadari bahwa fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsi fasilitas sendiri antara lain sebagai alat bantu, peraga dan sumber belajar.
Jika guru mampu menghadirankan pembelajaran yang bervariasi maka akan dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pembelajaran yang bervariasi, atau setidaknya siswa secara kreatif menyediaan berbagai fasilitas yang memungkinkan kita guru membelajarkan tersedia fasilitas yang memadai.
C.      Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran
Ada tiga prinsip penerapan variasi dalam proses pembelajaran, berikut ini:
1)      Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang hendak dicapai, materi pembelajaran, dan sesuia dengan tingkat kemampuan siswa. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan.
2)      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tida akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3)      Sejalan dengan prinsip 1 dan 2, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik. Artinya, secara eksplisit dicantumkan dalam rencanag pembelajaran. Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara lewis dan spontan sesuai dengan kebutuhan.
D.    Dimensi-dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa aktifitas apa saja, walaupun merupakan aktifitas yang menyenangkan, jika dilakukan terus menerus tanpa perubahan dalam waktu yang lama, aktifitas tersebut akan membuat kita merasa bosan atau jenuh. Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang tidak membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasaan makanan yang samag terus menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, jugag karenag bosan. Orang akan lebih suka bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.
Dalalm proses pembelajaran, ada beberapa dimensi variasi yang harus diperhatikan, berikut ini:
1.      Variasi Gaya Guru dalam membelajarkan
Variasi gaya guru dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan dengan baik, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat variasi gaya guru dalam membelajarkan, berikut ini:
a.      Penguatan Variasi Suara
Tidak dapat dipungkiri bahwa suara guru memiliki peranan yang penting dalam melahirkan ualitas variasi. Karena itu, intonasi, nada, volume dan kecepatan suara guru perlu diatur dengan baik. Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu. Umpanya dalam melukiskan atau mendramatisasikan suatu peristiwa atau kata, guru mesti mengetahui kata atau peristiwa yang harus mendapat penekanan. Penekanan ini penting agar siswa mengetahui hal-hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru.
Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau katag kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dalam materi.
b.      Pemberian Waktu
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah atau mengorganisasikan pertanyaan. Caranya, setelah menjelaskan satu sub-bab materi, guru berhenti sejenak sebelum nelanjutkan pada sub-bab berikutnya. Ketika guru berhenti, siswa memiliki kesempatan menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari penjelasan-penjelasan guru yang belum jelas.
c.       Kontak Pandang
Selama penyampaian materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang ke luar, ke atas, bahkan hanya kearah siswa saja. Kontak  pandangan ini penting, karena siswa merasa selalu diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswag untuk ngombrol atau gaduh.
d.      Gerakan Anggota Badan
Selama penyampaian materi, seorang guru hendaklah tidak seperti patung, hanya berdiri saja atau tidak seperti orang yang lumpuh hanya duduk saja. Guru perlu bergerak secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak di depan kelas. Begitu juga gerakan kepala ke berbagai arah perlu dilakukan. Gerakan ini penting agar merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu.
e.       Pindah posisi
Dengan bergerak, berarti tidak dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga perhatian siswa tidak menonton. Perpindahan posisi guru hendaklah terdapat pada tujuan, umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang rebut, maka dengan perpindahan posisim guru ke sebelah kanan, siswa menjadi tidak rebut.
2.      Variasi dalam Penggunaan Media
Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam intraksi yang berlangsung antara guru dengan siswa. Penggunnaan media ini akan menghindari kejenuhan siswa tehadap gurunya atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu media pandang (visual), media dengar (audio) dan media taktil. Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti berganti-ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan. Ketiaga jenis variasi media tersebut, sebagai berikut:
a.      Variasi Media Pandang
Media pandang yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya buku, majalah, globe, peta, film, film strip, TV, gambar, dan lain sebagainya.
Media tersebut berguna untuk :
1)      Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret.
2)      Agar siswa memiliki perhatian optimal terhadap materi pembelajaran.
3)      Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.
4)      Mengembangkan cara berfikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan.
5)      Memberikan pengalaman baru dan unik.
b.      Variasi Media Dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajara siswa. Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, gembira atau sedih dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, diperlukan jugag media lainnya yang memungkin anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu. Bisa sajag guru merekam suara lain yang patut didengar dan punya reverensi dengan materi pelajaran.
c.       Variasi Media Taktil (Mediag yang dapat Diraba atau Dimanipulasi)
Media taksil merupakan media pembalajaran yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasi. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taksil. Media seperti model, patung, alat mainan, binatang hidup yang kecil, dan sebagainya. Dapat diberikan kepadag siswa untuk diraba dan dimanipulasi. Penggunaan media ini pada dasarnya memotivasi siswa untuk kreatif.
d.      Variasi Pola Intraksi
Variasi pola intraksi yang lazim dilakukan guru menurut Nana Sudjana (1989), yaitu:
a.       Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalalm komunikasi ini guru berperan sebagai pembari aksi dan siswag sebagai penerima aksi.
b.      Komunikasi sebagai intraksi atau komikasi dua arah. Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi.
c.       Komunikasi banyak arah atau komikasi sebagai transaksi.
Dalam pola intraksi, guru bisag menggunakan medode pembelajaran secara bervariasi, tentunya harus disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran serta situasim dan kondisi. Susunan atau bentuk kelas dapat dirubah sesuai dengan kegiatan belajar tertentu.
E.     Kearifan Penggunaan Variasi Pembelajaran
Penggunaan variasi pembelajaran harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai kearusan tersebut maka seorang guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi pembelajaran.
Beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.      Variasi pembelajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan pembelajaran.
2.      Penggunaan variasi pembelajaran harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu proses pembelajaran, dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pembelajaran secarag utuh.
3.      Penggunaan variasi pembelajaran harus bersifat struktur, terencana, dan sistematik.
4.      Penggunaan variasi pembelajaran harus lewis (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu semakin mengoptimalkan proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu, penggunaanya bersifat spontan dan merupakan impan balik. Bentuk umpan balik terdiri dari dua, yaitu: a. Umpan balik pengetahuan, b. Umpan balik pelaku.
Kearifan itulah setidak-tidaknya yang diperlikan seorang guru dalam penggunaan variasi pembelajaran. Kearifan itu menunjukkan bahwa dalam penggunaan variasi pembelajaran, guru hendaklah memperhatikan keberadaan siswa, situasi, kondisi lingkungan.










BAB III
PENUTUP
2.         Kesimpulan
Variasi dapat diartikan sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud sebagai perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pembeajaran adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan. Apabila guru mampu menghadirkan proses pembelajaran yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi. Kejenuhan siswa dalam memperoleh pembelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau pergi kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pembelajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi pembelajaran berjalan normal. Orang yang akan suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Sesuatu yang tidak membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Penggunaan variasi pembelajaran harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran.

3.      Saran
Kami  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kalimat  kesempurnaan, itu semua hanyalah keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki dan  hanya mengandalkan buku referensi yang ada. Maka dari itu kami menyarankan agar para pembaca yang ingin mendalami masalah “Pengembangan Variasi dalam Pembelajaran ” agar setelah membaca makalah ini, dan sebaiknya pembaca membaca sumber-sumber lain yang lebih komplit atau lengkap, tidak hanya sebatas membaca makalah ini saja.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan pembaca umumnnya.





DAFTAR PUSTAKA
Sutikno Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Pupu Fathurrahman & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umaum dan Konsep Islami). Bandung: Refika Aditama.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar