BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidik adalah orang yang bertangggung
jawab terhadap pelaksaan pendidikan dengan sasaran peserta didik dan merupakan
salah satu komponen penting dalam proses pendidik, di pundaknya terletak
tanggung jawab yang besar dalam upayag mengantarkan peserta didik kearah tujuan
pendidikan yang diciptaka. Sedangkan peserta didik adalah salah satu factor
pendidikan yang paling penting. Peserta didik disini adalah mahluk Allah yang
terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai kematangan, baik fisik,
mental, intelektual, maupun fisiologosnya. Oleh karena itu ia senantiasa
memerlukan bimbingan dan arahan dari pendidik agar dapar mengembangkan
potensinya secara optimal.
Melihat dari kenyataan yang ada banyak
peserta didik yang mengalami kejenuhan dalam belajar. Untuk itu guru sebagai
fasilitator harus hal tersebut. Bagaimana harus menghadapi sikap peserta didik
yang ditunjukkan. Kejenuhan kadang ditimbulkan guru, yaitu guru menyampaikan
materi pelajaran tidak sesuai dengan
bagaimana variasi yang diberikan. Dalam hal ini terkait dengan bagaimana
pengembangan variasi dalam pembelajaran, karena tujuan pembelajaran adalah
cita-cita atau maksud atau sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang
diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
Pengertian Variasi Pembelajaran?
2.
Apa Tujuan
Variasi dalam Proses Pembelajaran?
3.
Apa
Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran?
4.
Apa Dimensi-Dimensi
Variasi dalam Proses Pembelajaran?
5.
Apa Kearifan
Penggunaan Variasi dalam Proses
Pembalajaran?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui
Pengartian Variasi Pembelajaran.
2.
Mengetahui
Tujuan Variasi dalam Proses Pembelajaran.
3.
Mengetahui
Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran.
4.
Mengetahui
Dimensi-Dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran.
5.
Mengetahui
Kearifan Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
variasi pembelajaran
Menurut kamus ilmiah popular adalah
‘selingan,selang-seling, atau ‘pergantian. Udin S. Winaputra (2004) mengartikan
“variasi” sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat
berwujud sebagai perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model
baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi
masing-masing mode tersebut. Adapun variasi pembelajaran merupakan
keanekaragaman dalam penyajian kegiatam pembelajaran.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam proses pembeajaran adakalanya siswa, bahkan guru
mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan
pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan
kondisi pembelajaran yang bervariasi. Apabila guru mampu menghadirkan proses
pembelajaran yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi.
Kejenuhan siswa
dalam memperoleh pembelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran
berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman
atau pura-pura mau pergi kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan.
Karenanya, pembelajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan
kondisi pembelajaran berjalan normal.
B.
Tujuan
Variasi dalam Proses Pembelajaran
Pada
dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalalm hidupnya.
Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyanakan. Orang yang akan
suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Pupuh
Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno mejelaskan bahwa dalalm konteks pembelajaran,
variasi diperlukan dengan tujuan sebagai berikut.
1.
Agar Perhatian
Siswa Meningkat
Selama proses
pembelajaran berlangsung, siswa dituntut untuk memperhatikan materi, sikap dan
teladan yang diberikan guru. Apabila perhatian siswa berkurang apalagi tidak
memperhatikan sama sekali, sulit diharapkan jika siswa mengetahui dan memahami
apa yang diuraikan guru.
Terdapat banyak
faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa pada materi pembelajaran,
contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru kurang mampu, jumlah siswa
yang didalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah yang kurang kondusif
(rebut), dll. Karena itu, tujuan pembelajaran akan tercapai manakala kendala-kendala
di atas dapat teratasi, disamping siswa mau dan mampu mencerna pelajaran yang
diberikan guru dengan penuh perhatian. Dengan perhatian yang penuh tersebut
diharapkan siswa akaln mampu menguasai materi pelajaran yang akan diberikan
guru.
2. Memotivasi Siswa
Istilah motivasi
menunjuk kepada segala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan
tersebut. Misalnya, prestasi yang berbeda antara seorang atlit yang satu dengan
yang lainnya dapat diamati dari perbedaan dari motivasi yang dimiliki oleh
masing-masing atlit tersebut. Begitu juga dalam belajar, guru dapat mengamati
perbedaan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Hasil pengamatan
tersebut akan menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai seorang
siswa salah satunya terkait dengan besarnya motivasi yang ia miliki.
Dengan demikian,
dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Siswa
yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak akan mendapat kualitas belajar dan
prestasi yang baik. Selain siswa sendiri harus menjaga motivasinya, guru juga
hendaknya membantu siswa untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam konteks itulah variasi yang dilakukan guru berkontribusi besar untuk
membantu siswa agar lebih termotivasi dalam balajar.
3. Menjaga Wibawa Guru
Guru hendaklah
menyadari bahwa kehadirannya suatu pembelajaran tidak seluruh siswa
menyenanginya. Banyak guru yang kehadirannya di kelas, disambut dengan seyum
kecut, ditertawai, bahkan adakalanya siswa menggunjing guru baik melalui
singgungan (tidak berlangsung) atau menggunjing ketika guru itu selesai
mengajar. Kondisi ini akan berpengaruh buruk penerimaan materi pelajaran oleh
siswa. Dengan kata lain, siswa tidak akan optimal mengikuti dan memperoleh
pembelajaran dari guru.
Faktor
ketidaksenangan siswa terhadap guru umumnya terjadi sebagai reaksi terhadap
prilaku guru selama melakukan pembelajaran. Umpamanya siswa menyebut “ Pak
Ambeyen”. Atau guru hanya menggunakan ceramah saja sehingga tidak pernah
melakukan kegiatan tulis-menulis di papan tulis. Cara demikian juga dapat
mengundang gunjingan seperti siswa menyebut gurunya dengan “Tukang Obat”. Gunjingan
tersebut dengan jelas merendahkan wibawa guru di mata siswa.
Untuk
menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan wibawa guru, salah satunya
guru harus mampu membelajarkan dengan percaya diri, memiliki kesiapan mental
dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasan teknik, dan sebagainya.
Dengan kta lain, guru harus memiliki bentuk dan model pembelajaran yang
bervariasi.
4. Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran
Guru yang
memiliki kemampuan variasi pembelajaran, terlebih dahulu ditentukan oleh
penguasaannya terhadap seluruh elemen-elemen pembelajaran seperti materi,
metode, media, pendekatan dan tehnik pembelajaran. Jika hal-hal itu kurang,
apalagi tidak dikuasai, maka sangat sulit mendambakan seorang guru yang
memiliki variasi membelajarkan secara tepat dan diterima oleh siswa.
Aspek lain yang
sangat penting bagi kemampuan guru memiliki variasi pembelajaran tergantung
dari kesediaan fasilitas yang ada di kelas atau sekolah. Sebab, sangat disadari
bahwa fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsi
fasilitas sendiri antara lain sebagai alat bantu, peraga dan sumber belajar.
Jika guru mampu
menghadirankan pembelajaran yang bervariasi maka akan dengan sendirinya akan
memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan
pembelajaran yang bervariasi, atau setidaknya siswa secara kreatif menyediaan
berbagai fasilitas yang memungkinkan kita guru membelajarkan tersedia fasilitas
yang memadai.
C.
Prinsip-prinsip
Penggunaan Variasi dalam Proses Pembelajaran
Ada tiga prinsip penerapan variasi dalam proses
pembelajaran, berikut ini:
1)
Variasi
hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai, materi pembelajaran, dan sesuia dengan tingkat kemampuan siswa.
Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan.
2)
Variasi harus
digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tida akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3)
Sejalan dengan
prinsip 1 dan 2, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan
yang baik. Artinya, secara eksplisit dicantumkan dalam rencanag pembelajaran.
Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen keterampilan tersebut dapat digunakan
secara lewis dan spontan sesuai dengan kebutuhan.
D.
Dimensi-dimensi
Variasi dalam Proses Pembelajaran
Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa aktifitas apa saja, walaupun merupakan aktifitas yang
menyenangkan, jika dilakukan terus menerus tanpa perubahan dalam waktu yang
lama, aktifitas tersebut akan membuat kita merasa bosan atau jenuh. Pada
dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu
yang tidak membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasaan makanan
yang samag terus menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua
kali saja orang sudah tidak mau, jugag karenag bosan. Orang akan lebih suka
bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.
Dalalm proses
pembelajaran, ada beberapa dimensi variasi yang harus diperhatikan, berikut
ini:
1. Variasi Gaya Guru dalam membelajarkan
Variasi gaya
guru dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan dengan baik, akan sangat
berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat variasi
gaya guru dalam membelajarkan, berikut ini:
a.
Penguatan
Variasi Suara
Tidak dapat
dipungkiri bahwa suara guru memiliki peranan yang penting dalam melahirkan ualitas
variasi. Karena itu, intonasi, nada, volume dan kecepatan suara guru perlu
diatur dengan baik. Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat,
dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada
kata-kata tertentu. Umpanya dalam melukiskan atau mendramatisasikan suatu
peristiwa atau kata, guru mesti mengetahui kata atau peristiwa yang harus
mendapat penekanan. Penekanan ini penting agar siswa mengetahui hal-hal yang
dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru.
Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau katag kunci dalam
materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspek yang
terpenting dalam materi.
b.
Pemberian
Waktu
Setelah guru
menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah atau
mengorganisasikan pertanyaan. Caranya, setelah menjelaskan satu sub-bab materi,
guru berhenti sejenak sebelum nelanjutkan pada sub-bab berikutnya. Ketika guru
berhenti, siswa memiliki kesempatan menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan
dari penjelasan-penjelasan guru yang belum jelas.
c.
Kontak
Pandang
Selama
penyampaian materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang ke
luar, ke atas, bahkan hanya kearah siswa saja. Kontak pandangan ini penting, karena siswa merasa
selalu diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswag untuk
ngombrol atau gaduh.
d.
Gerakan
Anggota Badan
Selama
penyampaian materi, seorang guru hendaklah tidak seperti patung, hanya berdiri
saja atau tidak seperti orang yang lumpuh hanya duduk saja. Guru perlu bergerak
secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak di depan kelas. Begitu
juga gerakan kepala ke berbagai arah perlu dilakukan. Gerakan ini penting agar merasakan
kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu.
e.
Pindah
posisi
Dengan bergerak,
berarti tidak dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah.
Perpindahan posisi ini selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak
jenuh, juga perhatian siswa tidak menonton. Perpindahan posisi guru hendaklah
terdapat pada tujuan, umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang
rebut, maka dengan perpindahan posisim guru ke sebelah kanan, siswa menjadi
tidak rebut.
2. Variasi dalam Penggunaan Media
Dalam aktivitas
pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa
informasi dan pengetahuan dalam intraksi yang berlangsung antara guru dengan
siswa. Penggunnaan media ini akan menghindari kejenuhan siswa tehadap gurunya
atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Ada tiga komponen dalam
variasi media, yaitu media pandang (visual), media dengar (audio) dan
media taktil. Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti
berganti-ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan. Ketiaga jenis variasi media
tersebut, sebagai berikut:
a.
Variasi
Media Pandang
Media pandang
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya buku, majalah,
globe, peta, film, film strip, TV, gambar, dan lain sebagainya.
Media tersebut
berguna untuk :
1)
Membantu
pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret.
2)
Agar siswa
memiliki perhatian optimal terhadap materi pembelajaran.
3)
Membantu
penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.
4)
Mengembangkan
cara berfikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan.
5)
Memberikan
pengalaman baru dan unik.
b.
Variasi
Media Dengar
Guru yang hanya
mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajara siswa.
Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, gembira atau sedih dari
kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, diperlukan jugag media
lainnya yang memungkin anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru
terhadap suara itu. Bisa sajag guru merekam suara lain yang patut didengar dan
punya reverensi dengan materi pelajaran.
c.
Variasi
Media Taktil (Mediag yang dapat Diraba atau Dimanipulasi)
Media taksil
merupakan media pembalajaran yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasi.
Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan
model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taksil. Media seperti model,
patung, alat mainan, binatang hidup yang kecil, dan sebagainya. Dapat diberikan
kepadag siswa untuk diraba dan dimanipulasi. Penggunaan media ini pada dasarnya
memotivasi siswa untuk kreatif.
d.
Variasi
Pola Intraksi
Variasi pola intraksi yang lazim dilakukan guru
menurut Nana Sudjana (1989), yaitu:
a.
Komunikasi
sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalalm komunikasi ini guru berperan
sebagai pembari aksi dan siswag sebagai penerima aksi.
b.
Komunikasi
sebagai intraksi atau komikasi dua arah. Pada komunikasi ini guru dan siswa
dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi.
c.
Komunikasi
banyak arah atau komikasi sebagai transaksi.
Dalam pola
intraksi, guru bisag menggunakan medode pembelajaran secara bervariasi,
tentunya harus disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran serta situasim
dan kondisi. Susunan atau bentuk kelas dapat dirubah sesuai dengan kegiatan
belajar tertentu.
E.
Kearifan
Penggunaan Variasi Pembelajaran
Penggunaan
variasi pembelajaran harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang
didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai kearusan tersebut
maka seorang guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi pembelajaran.
Beberapa langkah
untuk mewujudkan kearifan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.
Variasi
pembelajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka
merealisasikan pembelajaran.
2.
Penggunaan variasi
pembelajaran harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu proses pembelajaran, dan anak
didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pembelajaran secarag utuh.
3.
Penggunaan
variasi pembelajaran harus bersifat struktur, terencana, dan sistematik.
4.
Penggunaan
variasi pembelajaran harus lewis (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu
semakin mengoptimalkan proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu,
penggunaanya bersifat spontan dan merupakan impan balik. Bentuk umpan balik
terdiri dari dua, yaitu: a. Umpan balik pengetahuan, b. Umpan balik pelaku.
Kearifan itulah
setidak-tidaknya yang diperlikan seorang guru dalam penggunaan variasi
pembelajaran. Kearifan itu menunjukkan bahwa dalam penggunaan variasi
pembelajaran, guru hendaklah memperhatikan keberadaan siswa, situasi, kondisi
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
2.
Kesimpulan
Variasi dapat
diartikan sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat
berwujud sebagai perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam proses pembeajaran adakalanya siswa, bahkan guru mengalami
kejenuhan. Apabila guru mampu menghadirkan proses pembelajaran yang bervariasi
kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi. Kejenuhan siswa dalam
memperoleh pembelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung
seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau
pura-pura mau pergi kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya,
pembelajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi
pembelajaran berjalan normal. Orang yang akan suka bila hidup itu diisi dengan
penuh variasi dalam arti yang positif. Sesuatu yang tidak membosankan adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penggunaan variasi pembelajaran harus tersusun
berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukan tujuan
pembelajaran.
3.
Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kalimat kesempurnaan, itu semua hanyalah keterbatasan
ilmu pengetahuan yang kami miliki dan hanya mengandalkan buku referensi
yang ada. Maka dari itu kami menyarankan agar para pembaca yang ingin mendalami
masalah “Pengembangan Variasi dalam Pembelajaran ” agar setelah membaca
makalah ini, dan sebaiknya pembaca membaca sumber-sumber lain yang lebih
komplit atau lengkap, tidak hanya sebatas membaca makalah ini saja.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih,
semoga makalah ini bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan pembaca umumnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno
Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Lombok: Holistica.
Pupu
Fathurrahman & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi
Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman
Konsep Umaum dan Konsep Islami). Bandung: Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar