MAKALAH
PSIKOLOGI BELAJAR
MEMORI (INGAT), LUPA DAN TRANSFER
BELAJAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah
dan masyarakat merupakan dua sisi kehidupan yang tak dapat dipisahkan. Di satu
sisi masyarakat membutuhkan sekolah untuk membnagun sumber daya manusia agar
terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah membutuhkan masyarakat sebagai
terminal terakhir dalam pengimplementasian hasil belajar dalam bentuk kognitif,
afektif dan psikomotor. Sejauh mana hasil belajar berupa ilmu pengetahuan yang
diterima anak didik di sekolah dapat dirasakan manfaatnya di tangan masyarakat,
dapat dilihat dari kemampuan anak didik dalam menggunakannya dengan tepat guna
dan berhasil guna. Penggunaan hasil belajar yang tepat akan menghasilkan
sesuatu yang berguna dan baik. Kemampuan anak didik dalam menggunakan hasil
belajar tertentu ke dalam situasi belajar yang lain tidak bisa dipisahkan dari
masalah “transfer belajar”. Transfer belajar mempunyai “nilai strategis” dalam
pendidikan dan pengajaran, karena diakui dapat mengukuhkan penguasaan keilmuan
dalam “struktur kognitif”. Karena pentingnya masalah transfer belajar ini, maka
dibahas dalam uraian berikut.
Lupa
merupakan istilah yang sangat popular di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu
pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan seuatu; entah hal itu tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau
atau sesuatu yang akan di lakukan, mungkin juga sesuatu yag baru saja
dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga. Tak perduli apakah
orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, professor, petani, dan
sebagainya. Begitupun pada siswa di sekolah, para guru memandang lupa sebagai
gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak ada, namun mau tak mau harus
dihadapi. Lupa dipandang sebagai “musuh besar” yang harus disingkirkan sejauh
mungkin. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk menekan sekecil
mungkin lupa setelah melakukan aktivitas belajar. Ingat merupakan lawan kata
dari lupa, dimana apabila kita ingat berarti kita tidak lupa, dan sebaliknya
apabila kita tidak ingat itu artinya kita lupa. Oleh karena itu, dalam makalah
ini akan membahas tentang ingatan
(memori), lupa dan transfer belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
hal-hal yang terkait dengan Ingatan (memori)?
2. Apakah
hal-hal yang terkait dengan Lupa?
3. Apakah
hal-hal yang terkait dengan transfer belajar?
C. Tujuan
1. Untuk
memahami hal-hal yang terkait dengan Ingatan, diantaranya:
a. Untuk
memahami pengertin Ingatan
b. Untuk
mengetahui jenis-jenis ingatan
c. Untuk
memahami anatomi dan pembentukan ingatan
d. Untuk
memahami strategi dalam mengingat
e. Untuk
mengetahui para genius dalam bidang ingatan
2. Untuk
memahami hal-hal yang terkait dengan lupa, diantaranya:
a. Untuk
memahami pengertian lupa
b. Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab lupa
c. Untuk
memahami kiat meengurang kiat meengurangi lupa
3. Untuk
memahami hal-hal yang terkait dengan transfer belajar, diantaranya:
a. Untuk
memahami pengertian transfer belajar
b. Untuk
memahami ragam transfer belajar
c. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MEMORI
ATAU INGATAN
1.
Pengertian
Ingatan
Ingatan merupakan suatu
proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada
dasarnya, ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dari makhluk
hidup lainnya. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada masa lalu, dan
perkiraan pada masa depan. Tidak seperti yang umum diduga orang tentang “bank
ingatan” atau suatu tempat penyimpanan khusus ingatan, tidak seperti jantung
atau paru-paru, ingatan bukanlah suatu tempat atau benda yang tunggal.
Sebaliknya, igatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan
melalui beragam saluran indriawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat
rumit dan unik diseluruh bagian otak. Ingatan yang sifatnya dinamis ini terus
berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Secara umum manusia
memiliki berbagai bentuk ingatan, yang mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Berbagai bentuk ingatan tersebut disimpan dalam daerah-daerah otak
yang memiliki fungsi berbeda, maka untuk mengeluarkan kembali “ingatan”
tersebut, dibutuhkan proses penarikan dan pengambilan bagian-bagian ingatan.
2.
Jenis-Jenis
Ingatan
Adapun
pengelompokan ingatan adalah sebagai berikut:
a.
Jenis-jenis ingatan berdasarkan waktu
dan lamanya ingatan;
1) Ingatan
jangka pendek, dapat menyimpan suatu informasi sampai dua puluh detik, atau
juga bisa lebih dari dua puluh detik apabila informasi tersebut diberi
tanda-tanda khusus atau diulang-ulang.
2) Ingatan
jangka panjang, dapat tetap bertahan sampai seumur hidup.
b.
Jenis-jenis ingatan berdasarkan lamanya
ingatan dibagi lagi menjadi dua yaitu;
1) Ingatan
persepsi langsung, disimpan selama kurang dari satu detik-cukup lama, misalnya
menginterpretasikan serangkaian gambar seperti gambar-gambar yang bergerak.
2) Ingatan
aktif, atau disebut dengan ingatan jangka pendek, berlangsung cukup lama,
misalnya untuk memutar nomor telepon yang baru saja dilihat.
c.
Jenis-jenis ingatan berdasarkan
pengodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil secara sadar ataupun secara
naluri;
1) Ingatan
eksplisit, atau disebut juga ingatan deklaratif.
Artinya ingatan tersebut diperoleh melalui suatu maksud dan usaha tertentu.
Fungsi ingatan eksplisit (misalnya belajar mengajar) membutuhkan perhatian, dan
pelatihan untuk mengigat. Hampir semua bentuk pembelajaran di sekolah merupakan
ingatan eksplisit. Ingatan eksplisit dibagi lagi menjadi dibagi menjadi dua
yaitu : ingatan semantik dan ingatan episodik.
2) Ingatan
Implisit, atau disebut juga ingatan nondeklaratif.
Artinya ingatan tersebut dicapai secara organis atau secara otomatis. Ingatan
yang implisit dibagi menjadi empat yaitu : ingatan propsedural, ingatan
refleksif, ingatan indriawi, dan ingatan emosional.
Stimulus
Eksplisit Implisit
Kemampuan fisisk,naik sepeda dan
berbagai latihan lainnya.
|
Pembelajaran otomatis dan tak sadar
efek “kompor panas”
|
Kata-kata, simbol,
abstraksi, video, buku teks, komputer, cerita,fakta dan angka.
|
Lokasi,peristiwa,suasana, kejadian
khusus yang pribadi.
|
Emosi yang kuat dari trauma hingga kesenangan
|
Pengodean yang dipicu oleh petunjuk
indriawi, kelebatan kartu, banyak pengulangan.
|
(Gambar : Jenis-jenis ingatan
berdasarkan pengodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil secara sadar
ataupun secara naluri )
3.
Anatomi
Ingatan dan Pembentukan Ingatan
a. Anatomi
Ingatan
Adapun anatomi dari ingatan (memori)
adalah sebagai berikut :
-
Ingatan terbentuk ketika sel-sel otak
membuat hubungan pada SINAPSIS
-
Proses untuk menyampaikan informasi,
yang dimulai dari sel tubuh, ialah proses yang bersifat elektrik, lalu kimiawi,
lalu elektrik lagi.
-
Ingatan dikodekan di dalam pasangan DNA,
yaitu RNA
-
Ketika sinyal-sinyal dibawa melalui
sebuah sinapsis, MRNA menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk memasuki
hubungan.
-
Sebagai hasilnya, pembedaan kekuatan
sinaptik tertentu dalam sebuah jaringan saraf
-
Ingatan adalah kemungkinan meningkatnya
pola pembakaran sinaptik tertentu dalam sebuah jaringan saraf
-
Banyak saraf yang terlibat dalam
pembentukan ingatan
-
Saraf yang terbakar bersama akan
dialirkan bersama-sama pula
-
Ingatan yang kompleks berdasarkan pada
penggabungan berbagai elemen dalam sebuah jaringan
-
Tak ada satu tempat khusus di dalam otak
untuk semua ingatan
-
Ingatan eksplisit lebih rapuh; ingatan
implisit lebih kukuh
b. Pembentukan
Ingatan
Seringkali kita pertanyakan bagaimana
ingatan itu dibentuk?. Maka , oleh Karena itu dalam makalah ini akan dibahas
mengeanai pembentukan ingatan, adalah sebagai berikut :
-
Kita berfikir, bergerak, dan mengalami
hidup (rangsangan indrawi)
-
Semua pengalaman itu disimpan di dalam
otak
-
Masukan-masukan itu diurutkan oleh
struktur dan proses otak, nilai, arti dan kegunaannya
-
Berbagai syaraf diaktifkan
-
Syaraf yang satu menyampaikan informasi
ke saraf yang lain melalui reaksi elektrik dan kimiawi
-
Hubungan-hubungan itu diperkuat dengan
pengulangan, pengistirahatan, dan emosi.
Ingatan
yang kuat telah terbentuk.
4.
Strategi
dalam Mengingat
a. Strategi
keberhasilan di sekolah untuk mengoptimalkan pengodean ingatan, diantaranya
sebagai berikut;
1) Pertahankan
kepercayaan diri
2) Belajar
membutuhkan energi
3) Mereka
yang berkonsentrasi pada tujuan adalah mereka yang berhasil mendapat nilai
tinggi
4) Bersikaplah
proaktif (lebih aktif)
5) Berilah
ingatan anda makanan secukupnya
6) Perhatikan
informasi di tengah
7) Libatkan
diri anda
8) Mari
berprestasi
9) Gambarkan
dengan sempurna
b. Strategi
ingatan terbaik sepanjang masa
Adapun Strategi ingatan terbaik
sepanjang masa menurut Eric Jensen (1999) adalah sebagai berikut:
1) Lakukan
teknik relaksasi secara teratur
2) Dengarkan
musik klasik
3) Manfaatkan
kekuatan bercerita
4) Gunakan
strategi mnemonic setiap hari
5) Tulislah
apa yang ingin diingat secara detail
6) Tatalah
pikiran anda
7) Gunakan
gerakan untuk melibatkan system tubuh/pikiran
8) Pertahankan
pola kesehatan yang bagus
9) Jika
ingatan meninggalkan anda, kejarlah!
10) Gunakan
strategi menghubungkan
11) Tantang
diri anda
12) Cukup
tidur
13) Suplemen
multivitamin
14) Makan
secukupnya, kurangi lemak dan minum secukupnya
15) Pertimbangkan
mengkonsumsi suplemen ingatan
16) Biarkan
diri anda terimbas stimulus baru
17) Libatkan
emosi anda
18) Kelompokkan
informasi,terutama angka
19) Gunakan
rima, akronim, dan akrostik
20) Mafaatkan
ingatan yang bergantung pada suasana
21) Gunakan
gaya ingatanyang lebih anda sukai
22) Berinteraksilah
dengan materi untuk memperkaya makna
23) Kembangkan
ketajaman indra
24) Kembagkan
sikap mental positif
25) Praktikkan
tindakan seketika
26) Lakukan
pengulangan internal
27) Beri
otak anda segumpal glukosa
28) Lakukan
olahraga teratur
29) Hindari
obat penenang dan zat yang menimbulkan kantuk
30) Ingat
prinsip AAT
31) Sadari
ritme ultradian anda
32) Gunakan
strategi berfikir seluruh otak
33) Gunakan
imajinasi
34) Gunakan
metode loci
35) Berikan
waktu istirahat untuk otak
5.
Para
Genius dalam Bidang Ingatan
Dalam
hal ingatan ada orang-orang yang istimewa. Memiliki potensi ingatan yang
menakjubkan. Diantaraya adalah :
1) Imam
bukhari, adalah periwayat dan ahli hadis yang terkenal. Sejak kecil, dia telah
menunjukkn bakatnya yang cemerlang dan luar biasa. Ketajaman ingatan dan
hafalannya melebihi orang lain. Dia menghafal kurang lebih 300.000 hadis
2) Mozart,
yang mempunyai ingatan istimewa terhadap music. Sekali ia mendengar ia terus
dapat menyajikannya.
3) Antonio
de morca magliabechi, yang menggunakan ingatan fotografik dan penguasaan baca
cepatnya untuk mendemonstrasikan bagaimana ia dapat menulis seluruh isi buku
setelah membacanya satu kali.
4) Cardinal
Mezzofani, dapat berbicara dalam enam puluh bahasa dengan cukup baik
5) Hideaki
Tomoyori, yang mengingat nilai pi hingga 40 ribu decimal dan memecahkan rekor
sebelumnya yang mencapai 10 ribu decimal.
B.
LUPA
1. Pengertian Lupa
Lupa
adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi didalam kehidupan mental.
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal
apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil
penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk
bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan
kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengigat sesuatu, belum
berarti hal itu hilang dari ingatan, seolah-olah hal yang pernah dialami atau
dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989:291) .
Sejumlah
kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah
hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan
kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Jadi, Lupa itu bukan
berari hilang. Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki atau tersimpan
di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan
dialam bawah sadar.
Lain
halnya juga dengan “Lupa-lupa ingat” berlainan dengan “lupa-lupaan”, dan tidak
sama dengan “melupakan”. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti
melalaikan; tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan maupun melupakan mengandung
unsur kesengajaan. Sedangkan, lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak
ingat benar; (masa samar, tetapi kurang pasti); agak lupa.
2. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Baik
W.S. Winkel (1989) dan Muhibbinsyah (1999) maupun Ngalim Purwanto (1995) bahwa
lupa bukanlah masalah sederhana dan berdiri sendiri. Mereka yakin ada beberapa
faktor penyebab yang menyebabkan seseorang lupa terhadap sesuatu yang telah
dimiliki.
Menurut
Ngalim Purwanto (1995: 112) ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang lupa
terhadap sesuatu yang pernah dialami, sebagai berikut;
a. Karena
apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi, atau tidak pernah
dilatih/diingat lagi. Sesuatu yang tidak pernah digunakan/diingat lagi lama
kelamaan dilupakan. Factor ini berdasarkan pendapat Thorndike dengan hukumnya
yang berbunyi “Law of Disuse” (hukum tak teerpakai), yang dikemukakannya
berdasarkan hasil kesimpulan atas eksperimen-eksperimen yang dilakukannya
terhadap hewan.
b. Lupa
dapat juga disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena
gejala-gejala/ isi jiwa yang lain. Seorang profesor ahli dalam ilmu hewan, dan
mahir dalam mempelajari nama-nama ikan dalam bahasa latin, ingin mengetahui dan
hafal nama-nama mahasiswanya, ia lupa nama ikan yang sebenarnya sudah
dikuasainya.
Dari contoh diatas
jelas bahwa pelajaran/isi jiwa yang satu dapat mendesak/menghambat (inhibition)
pelajaran atau isi jiwa yang lain. Retro-active inhibition ini sering kali
terjadi jika bahan-bahan yang dipelajari banyak persamaanya. Maka dari itu,
tidak baik mencampur adukkan pelajaran-pelajaran dalam fikiran kita waktu
belajar. Karena akan saling menghambat/merintangi satu sama lain.
c. Lupa
disebabkan oleh persepsi atau tekanan. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang
lain ditekan ke alam ketidak sadaran (alam bawah sadar) oleh Das uber-Ich atau super ego. Karena selalu
mengalami tekanan, maka lama-kelamaan menjadi lupa. Biasanya
tanggapan-tanggapan yang selalu ditekan kedalam ketidaksadaran itu adalah
tanggapan-tanggapan yang tidak baik/yang merugikan kita, yang bersifat asusila,
amoral; dan asocial.
Meskipun Muhibbinsyah (1999:
152) sependapat dengan faktor-faktor penyebab lupa yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto, namun dia masih menambahkan faktor-fakor lupa lainnya.
Untuk lupa karena
tekanan dia mengemukakan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya. Pertama,
Karena infomasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima anak didik kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya
hingga kealam ketidaksadaran. Kedua, karena informasi yang baru secara otomatis
menekan informasi yang lama yang telah ada. Jadi, sama dengan fenoma
retroaktif, yaitu karena masuknya informasi-informasi yang baru menyulitkan
anak didik untuk mengingat kembali informasi-informasi yang lama. Ketiga,
karena informasi yang akan direfroduksi (diingat kembali) itu tertekan kealam
bawah sadar dengan sendirinya karena tidak pernah digunakan. Lupa karena
tekanan ini berdasarkan repression theory,
yaitu teori tekanan dan refresi.
Faktor-faktor penyebab lupa yang lain
menurut MuhibbinSyah adalah :
a. Lupa
karena perubahan situasi lingkungan
Lupa dapat terjadi
kepada anak didik karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar di
sekolah dengan waktu mengingat kembali di luar sekolah. Jika anak didik hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang
ada di sekolah, misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama
hewan-hewan tadi ketika melihanya di kebun binatang.
b. Lupa
karena perubahan sikap dan minat
Lupa dapat terjadi
kepada anak didik karena perubahan sikap dan minat anak didik terhadap proses
dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun anak didik telah mengikuti proses
belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena suatu hal sikap dan
minat anak didik menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru atau
memarahinya dengan kasar di depan kawan-kawannya), maka materi pelajaran itu
akan mudah terlupakan.
c. Lupa
Karena perubahan saraf otak
Lupa bisa juga terjadi
karena perubahan urat saraf otak. Anak didik yang terserang penyakit tertentu seperti
keracunan, kecanduan alkohol, atau gegar otak akan kehilangan ingatan dan
informasi-informasi berupa kesan-kesan yang ada dalam memori otaknya.
d. Lupa
karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori.
Penemuan baru
menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang anak didik bila informasi yang ia
serap rusak sebelum masuk ke memori otak. Informasi yang rusak itu tidak hilang
dan tetap diproses oleh sistem memori otak anak didik, tetapi terlalu lemah
untuk dipanggil kembali (direproduksi). Kerusakan informasi itu mungkin
disebabkan oleh tenggang waktu antara diserapnya informasi dengan saat proses
pengkodean dan ransformasi dalam memori jangka pendek anak didik.
W.S.
Winkel (1989: 297) dengan cermat daan teliti mengemukakan hasil analisisnya
mengenai faktor-faktor penyebab lupa. Pandangannya dengan hal yan satu ini
selain berpedoman dengan pendapat seorang ahli, juga berpijak pada hasil
penelitian. Menurutnya, faktor penyebab terjadinya lupa adalah ;
a. Menurut
pandangan Woodworth, gejala lupa disebabkan gejala lupa yang tidak
dipergunakan, lama-kelamaan terhapus; dengan berlangsungnya waktu, terjadi
proses penghapusan yang mengakibatkan bekas-bekas ingatan menjadi kabur dan
lama-kelamaan hilang sendiri. Pandangan ini dikaitkan dengan proses fisiologis
yan berlangsung dalam sel-sel otak; digambarkan bahwa pada saat fiksasi (fase
konsentrasi dan mengolah), kesan-kesan yang dicamkan itu diterima dan
ditanamkan dalam struktur fisik sel-sel di otak. Dalam sel-sel ini terus
menurus terjadi proses pertukaran zat. Apabila kesan-kesan ingatan sama sekali
tidak dipergunakan dan kadang-kadang tidak diperbaharui, bekas-bekas ingatan
itu lambat laun akan terhapus.
Terhadap pendapat ini
dapat dikemukakan beberapa keberatan, misalnya orang yang sudah lanjut usia
kerap kali dapat mengingat dengan jelas sekali peristiwa-peristiwa yang
dialaminya pada waktu masih anak-anak; seandainya bekas-bekas ingatan hapus
sendiri dengan beredarnya waktu, hal itu kiranya tidak mungkin. Maka, dewasa
ini pandangan itu tidak seluruhnya diterima, meskipun juga tidak disangkal sama
sekali.
b. Pandangan
yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian ialah pandangan yang
mencari sebab terjadinya lupa dalam “interferensi”, yaitu gangguan dari
informassi yang baru masuk kedalam ingatan terhadap informasi yang telah
disimpan disitu, seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian lebih
sukar diingat. Terjadinya interferensi (retroactive
inhibition) merupakan suatu fakta, meskipun belum diketahui dengan jelas
bagaiman interferensi itu dijelaskan. Secara praktis hanya dapat dikatakan,
kalau terjadi kegagalan dalam mengingat, mungkin hal itu disebabkan oleh adanya
gangguan dari informasi baru terhadap penyimpan informasi lama. Dengan
demikian, lupa tidak dapat seluruhnya dicegah. Namun, kenyataan ini tidak boleh
ditafsirkan dengan cara begini: “tidak ada gunanya mempelajari hal-hal baru,
karena pasti akan menggangu ingatan akan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya”. Tidak semua informasi baru harus menggangu penyimpanan informasi
lama; seandainya penggalian informasi lama ternyata terganggu, informasi itu
masih dapat digali dengan cara penggalian yang lain atau dipelajari kembali
dalam waktu yang lebih singkat.
c. Pandangan
yang lain menunjuk pada motif-motif tertentu, sehingga orang sedikit banyak
ingin melakukan sesuatu, misalnya kejadian atau peristiwa yang tidak
menyenangkan lebih mudah terlupakan daripada yang menyenangkan. Jadi, disini
terdapat pengaruh dari motivasi terhadap penyimpangan; inilah kasus lupa yang
bermotif.
Kegiatan
pandangan yang dibicarakan secara singkat diatas mengandaikan, bahwa terjadi
sesuatu selama fase penyimpanan (retensi),
sehingga penggalian (evokasi) menjadi
lebih sukar. Pandangan-pandangan itu tidak perlu bertentangan, mungkin semua
pandangan itu mengandung kebenaran. Namun, diantara ketiga pandangan itu, belum
ada satupun yang terbukti mampu menjelaskan secara memuaskan sebab-sebab
terjadinya lupa. Maka, dalam hal ini
masih tinggal pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Menurut
pandangan para ahli psikologi kognitif materi pelajaran yang terlupakan tidak
akan hilang dari sistem ingatan anak didik. Materi pelajaran itu masih terdapat
dalam subsistem akan permanen anak didik, namun terlalu lemah untuk dipanggil
atau diangkat kembali. Subsistem akan
permanen disini bisa dikatakan “alam bawah sadar”. Banyak anak didik yang
mengeluh karena merasa kehilanagan ilmu, yang sebenarnya tidak hilang, tetapi
setelah belajar lagi (relearning)
atau mengikuti remedial teaching
(pengajaran perbaikan) ternyata dapat menunjukkan kinerja akademik yang lebih
memuaskan daripada kinerja remedial
taching dan belajar lagi atau mengulang pelajaran, yaitu untuk memperbaiki
dan atau menguatkan informasi-informasi yang lemah dalam memori anak didik,
sehingga berhasil mencapai prestasi.
3. Kiat Mengurangi Lupa
a. Overlearning
Overlearning (belajar
lebih) artinya upaya yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran
tertentu. Overlearning terjadi apabila respons tertentu muncul setelah anak
didik melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Contohnya pada : pembacaan Pancasila pada setiap hari senin
memungkinkan ingatan siswa yang kuat terhadap teks Pancasila yang pernah
dibacanya itu.
b. Extra
study time
Extra study time
(tambahan waktu belajar) adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar,
misalnya dari satu jam menjadi setengah jam. Penambahan frekuensi belajar
berarti siswa meningkatkan kekerapan materi tertentu. Hal ini dapat melindungi
memori dari kelupaan.
c. Mnemonic
device
Mnemonic device merupakan kiat khusus
yang dijadikan “alat penggait” mental untuk memasukkan informasi-informasi ke
dalam sistem ingatan siswa. Mnemonic ini banyak ragamnya, tetapi yang paling
menonjol adalah sebagai berikut :
1) Rima,
Rima (rhyme), yaitu sajak yang dibuat
sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat
siswa.
2) Singkatan,
yaitu terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Pembuatan singkatan-singkatan seharusnya dilakukan sedemikian rupa sehingga
menarik dan memiliki kesan tersendiri.
3) System
kata pasak (peg word system), yaitu
sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya
telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak
ini dibentuk berpasangan seperti : panas-api, merah-saga dll.
4) Metode
losai (method of loci), yaitu kiat
mnemonic yang menggunakan tempat-tempat khusus terkenal sebagai sarana
penempatan kata dan istilah tertentu ynag harus diingat siswa.
5) Sistem
kata kunci (key word system),
biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari bahasa asing, dan konon
cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing. Misalnya pengajaran bahasa
Inggris.
6) Pengelompokan,
yaitu menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi
dan lafal yang sama atau sangat mirip.
7) Latihan
terbagi, dalam latihan-latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengn
alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu istirahat.
C.
TRANSFER BELAJAR
1.
Pengertian
Transfer Belajar
Transfer
belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar.
Transfer diambil dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah-terima, dan pemindahan.
Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektifk, dan
psikomotor. Dalam psikologi, transfer belajar atau transfer of learning merupakan istilah yang ditinjau dari segi
bahsa seperti disebutkan diatas cenderung kurang mengundang perdebatan diantara
para ahli psikologi. Kecuali bila pembahasannya diarahkan pada masalah konsep
yang memberikan batasan tentang transfer belajar sebagai suatu teori, maka
terdapatlah perbedaan rumusan diantara para pakar psikologi, seperti uraian
berikut.
a. Alice
Crow mengatakan bahwa transfer balajar adalah “the process of carrying over
habits of thingking, know-ledge, or skill from one learning area to another”.
b. Herbert
Sorenson dalam bukunya psychology in education menyatakan transfer adalah the
process by which something lerarned in one situation is used in another.
c. William
Clark Traw mengatakan bahwa transfer in the name for the fact that the
experience of learning in one situation influences learning and performance in
other situation.
Dari
beberapa rumusan transfer belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
meskipun berbeda susunan kata dan kalimatnya, namun intinya sama yaitu “pemindahan”.
Pemindahan yang dimaksudkan disini adalah “pemindahan pengaruh” atau pengaruh
kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan
melakukan sesuatu yang lain yang akan dikusai.
2.
Ragam
Transfer Belajar
Muhibbin
Syah (2010:160) dengan mengutip pendapat robert M. Gagne mengemukakan empat
macam transfer belajar, yaitu :
a. Transfer
positif
Transfer positif
merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
Transfer positif dapat teerjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu
untuk belajar dalam situasi tertentuyng mempermudah siswa tersebut belajar dalam
situasi-situasi lainnya.
b. Transfer
negatif
Transfer negatif merupakan
transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer
negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi
tertentuyang memiliki pengaruh merusak teerhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari
dalam situasi-situasi lainnya. Dengan demikian pengaruh keterampilan atau
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sendiri tidak ada hubungannya dengan
kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut ketika mempelajari pengetahuan atau
keterampilan lainnya.
c. Transfer
vertical
Transfer vertical
merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar dan
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Transfer vertical dapat terjadi
dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi
tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang
lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang siswa SD yang telah menguasai
prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II akan mudah
mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan dengan hal
ini, penguasaan materi kelas II merupakan
prerequisite (prasyarat) untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.
d. Transfer
Lateral
Tatanan transfer
Lateral merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/ keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping)
dapat terjadi pada diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang
telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam
situasi-situasi yang lain. Dapat pula dikatakan hasil belajar siswa tidak hanya
dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar,
tetapi juga dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan
penuh persaingan.’
3.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah sebagai berikut:
a. Taraf
Intelegensi dan sikap
Faktor ini berasal dari
anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap,
minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar
adalah membantu timbulnya transfer belajar. Anak yang pandai cenderung memiliki
transfer yang tinggi, dan sebaliknya anak yang kurang pandai cenderung memiliki
transfer yang rendah (minim). Oleh karena tidak dapat mempertahankan sesuatu
informasi yang telah didapat dalam jumlah yang cukup banyak. Disamping itu,
bahwa timbulnya transfer tidak secara otomatis, melainkan timbulnya dengan
sengaja. Oleh karena itu, sikap serta usaha yang disengaja ke arah ini akan
membantu timbulnya transfer. Ini berarti bahwa apa yang dipelajari oleh anak
didik, dapat dimanfaatkan dan dipraktekkan sesuai dengan situasi dan kondisi,
dimana dia berada. Demikian juga sikap guru dan usaha anak didik untuk
melakukan perbuatan belajar, juga mempengaruhi jumlah belajar.
b. Metode
guru dalam mengajar
Faktor ini berasal dari
guru dan berkisar pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan
sebagainya. Dengan bahan yang sama namun
hasil berbeda, disebabkan oleh perbedaan dalam pemakaian metode mengajar.
Penggunaan metode diskusi hasilnya akan berbeda dengan penggunaan metode cerah
dan akan berlainan juga dengan hasil penggunaan metode tanya jawab.
c. Isi
mata pelajaran
Hubungan antara mata pelajarn yang
satu dengan mata pelajaran yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer
dalam belajar. Satu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan
untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun
prinsip-prinsipnya. Penguasaan kaidap mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya,
dapat digunakan untuk mempelajari mata pelajaran bahasa inggris, begitu pula
sebaliknya. Penguasaaan keterampilan membuat surat tertetu, dapat ditransfer
kepada keterampilan yang lain yang tertetu, dapat ditransfer kepada keterampilan
yang lain yang masih dalam ruang lingkup
tulis-menulis surat, dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ingatan
merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil
kembali. Pada dasarnya, ingatan adalah sesuatu yang membentuk jai diri manusia
dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada
masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Adapun pengelompokan ingatan adalah
sebagai berikut: Jenis-jenis ingatan berdasarkan waktu dan lamanya ingatan
yaitu 1) ingatan jangka pendek, 2) ingatan jangka panjang. Jenis-jenis ingatan
berdasarkan lamanya ingatan dibagi lagi menjadi dua yaitu: 1) Ingatan persepsi
langsung, 2) Ingatan aktif. Jenis-jenis ingatan berdasarkan pengodean dan
bagaimana ingata tersebut dipanggil secara sadar ataupun secara naluri: 1)
ingatan eksplisit, 2) ingatan implisit. Ingatan memiliki anatomi dan
pembentukan ingatan yang rumit. Ingatan adalah hal yang penting sehingga
terdapat berbagai strategi dalam mengingat. Dalam ingatn juga terdapat beberapa
genis dlam ingatan salah satunya adalah Mozart.
Lupa
merupakan istilah yang sangat popular di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan seuatu; entah
hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan di lakukan, mungkin
juga sesuatu yag baru saja dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun
juga. Tak perduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat,
professor, petani, dan sebagainya. Penyebab lupa memiliki banyak pendapat dari para ahli salah satunya dari
Muhibbinsyah. Adapun kiat untuk mengurangi lupa diantaranya adalah : 1)
overlearning, 2) Extra tudy time, 3) Mnemonic device.
Dan
satu lagi hal yang penting dalam dunia pendidikan yaitu: transfer belajar.
Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan
belajar. Transfer diambil dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti
pergantian, serah-terima, dan pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui
adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya
yang menyangkut kognitif, afektifk, dan psikomotor. Dalam psikologi, transfer
belajar atau transfer of learning merupakan istilah yang ditinjau dari segi
bahasa seperti disebutkan diatas cenderung kurang mengundang perdebatan
diantara para ahli psikologi. Transfer belajar beragam, diantaranya adalah 1)
transfer positif, 2) transfer negative, 3) transfer vertical, 4) transfer lateral.
Dan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar
diantaranya adalah :1) Taraf Intelegensi dan sikap, 2) Metode guru dalam
mengajar, 3) Isi mata pelajaran.
B. SARAN
Saran
yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam proses
pembelajaran di sekolah-sekolah, hendaklah mulai mencanagkan atau mencoba untuk
mengaplikasikan strategi mengurangi lupa dan cara meningkatkan daya ingat, yang
sebenarnya merupakan problem yang sangat intern dalam menusia, tak terlepas juga
siswa.
Begitu
pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran hendaklah
membekali si pebelajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat
ke bidang study lainnya atau dalam kehidupan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Jensen, Eric &
Karen Markowits, 1999. Otak Sejuta
Gigabyte : Buku Pintar membangun Ingatan Super. Terjemahan Esti A.
Budihabsari & Lala Herawati Dharma. Jakarta : Gramedia
Syah, Muhibbin, 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali
Pers
Sujanto, Agus 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Khoo, Adam 2008. Buku Pintar Anak Jenius!. Jakarta : PT
Mitra Media
Pasiak, Taufik 2004. Membangun Raksasa Tidur, Optimalkan
Kemampuan Otak Anda dengan Metode Alissa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada