Jumat, 13 November 2015

memori (ingatan), lupa, dan transfer belajar dalam psikologi belaja



MAKALAH
PSIKOLOGI BELAJAR
MEMORI (INGAT), LUPA DAN TRANSFER BELAJAR
BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekolah dan masyarakat merupakan dua sisi kehidupan yang tak dapat dipisahkan. Di satu sisi masyarakat membutuhkan sekolah untuk membnagun sumber daya manusia agar terbebas dari kebodohan. Di sisi lain sekolah membutuhkan masyarakat sebagai terminal terakhir dalam pengimplementasian hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotor. Sejauh mana hasil belajar berupa ilmu pengetahuan yang diterima anak didik di sekolah dapat dirasakan manfaatnya di tangan masyarakat, dapat dilihat dari kemampuan anak didik dalam menggunakannya dengan tepat guna dan berhasil guna. Penggunaan hasil belajar yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang berguna dan baik. Kemampuan anak didik dalam menggunakan hasil belajar tertentu ke dalam situasi belajar yang lain tidak bisa dipisahkan dari masalah “transfer belajar”. Transfer belajar mempunyai “nilai strategis” dalam pendidikan dan pengajaran, karena diakui dapat mengukuhkan penguasaan keilmuan dalam “struktur kognitif”. Karena pentingnya masalah transfer belajar ini, maka dibahas dalam uraian berikut.
Lupa merupakan istilah yang sangat popular di masyarakat.  Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan seuatu; entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau  atau sesuatu yang akan di lakukan, mungkin juga sesuatu yag baru saja dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga. Tak perduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, professor, petani, dan sebagainya. Begitupun pada siswa di sekolah, para guru memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak ada, namun mau tak mau harus dihadapi. Lupa dipandang sebagai “musuh besar” yang harus disingkirkan sejauh mungkin. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk menekan sekecil mungkin lupa setelah melakukan aktivitas belajar. Ingat merupakan lawan kata dari lupa, dimana apabila kita ingat berarti kita tidak lupa, dan sebaliknya apabila kita tidak ingat itu artinya kita lupa. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan  membahas tentang ingatan (memori), lupa dan transfer belajar.    

 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hal-hal yang terkait dengan Ingatan (memori)?
2.      Apakah hal-hal yang terkait dengan Lupa?
3.      Apakah hal-hal yang terkait dengan transfer belajar?
C.    Tujuan
1.      Untuk memahami hal-hal yang terkait dengan Ingatan, diantaranya:
a.       Untuk memahami pengertin Ingatan
b.      Untuk mengetahui jenis-jenis ingatan
c.       Untuk memahami anatomi dan pembentukan ingatan
d.      Untuk memahami strategi dalam mengingat
e.       Untuk mengetahui para genius dalam bidang ingatan
2.      Untuk memahami hal-hal yang terkait dengan lupa, diantaranya:
a.       Untuk memahami pengertian lupa
b.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab lupa
c.       Untuk memahami kiat meengurang kiat meengurangi lupa
3.      Untuk memahami hal-hal yang terkait dengan transfer belajar, diantaranya:
a.       Untuk memahami pengertian transfer belajar
b.      Untuk memahami ragam transfer belajar
c.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    MEMORI ATAU INGATAN
1.      Pengertian Ingatan
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya, ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Tidak seperti yang umum diduga orang tentang “bank ingatan” atau suatu tempat penyimpanan khusus ingatan, tidak seperti jantung atau paru-paru, ingatan bukanlah suatu tempat atau benda yang tunggal. Sebaliknya, igatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indriawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik diseluruh bagian otak. Ingatan yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Secara umum manusia memiliki berbagai bentuk ingatan, yang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Berbagai bentuk ingatan tersebut disimpan dalam daerah-daerah otak yang memiliki fungsi berbeda, maka untuk mengeluarkan kembali “ingatan” tersebut, dibutuhkan proses penarikan dan pengambilan bagian-bagian ingatan.
2.      Jenis-Jenis Ingatan
Adapun pengelompokan ingatan adalah sebagai berikut:
a.         Jenis-jenis ingatan berdasarkan waktu dan lamanya ingatan;
1)   Ingatan jangka pendek, dapat menyimpan suatu informasi sampai dua puluh detik, atau juga bisa lebih dari dua puluh detik apabila informasi tersebut diberi tanda-tanda khusus atau diulang-ulang.
2)   Ingatan jangka panjang, dapat tetap bertahan sampai seumur hidup.
b.        Jenis-jenis ingatan berdasarkan lamanya ingatan dibagi lagi menjadi dua yaitu;
1)   Ingatan persepsi langsung, disimpan selama kurang dari satu detik-cukup lama, misalnya menginterpretasikan serangkaian gambar seperti gambar-gambar yang bergerak.
2)   Ingatan aktif, atau disebut dengan ingatan jangka pendek, berlangsung cukup lama, misalnya untuk memutar nomor telepon yang baru saja dilihat.
c.         Jenis-jenis ingatan berdasarkan pengodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil secara sadar ataupun secara naluri;
1)   Ingatan eksplisit, atau disebut juga ingatan deklaratif. Artinya ingatan tersebut diperoleh melalui suatu maksud dan usaha tertentu. Fungsi ingatan eksplisit (misalnya belajar mengajar) membutuhkan perhatian, dan pelatihan untuk mengigat. Hampir semua bentuk pembelajaran di sekolah merupakan ingatan eksplisit. Ingatan eksplisit dibagi lagi menjadi dibagi menjadi dua yaitu : ingatan semantik dan ingatan episodik.
2)   Ingatan Implisit, atau disebut juga ingatan nondeklaratif. Artinya ingatan tersebut dicapai secara organis atau secara otomatis. Ingatan yang implisit dibagi menjadi empat yaitu : ingatan propsedural, ingatan refleksif, ingatan indriawi, dan ingatan emosional.
Stimulus


                        Eksplisit                                                          Implisit

Kemampuan fisisk,naik sepeda dan berbagai latihan lainnya.
Pembelajaran otomatis dan tak sadar efek “kompor panas”
Kata-kata, simbol, abstraksi, video, buku teks, komputer, cerita,fakta dan angka.
Lokasi,peristiwa,suasana, kejadian khusus yang pribadi.
Semantik                     episodek                      refleksif                                   prosedural      




 

Emosi yang kuat dari trauma hingga kesenangan
Pengodean yang dipicu oleh petunjuk indriawi, kelebatan kartu, banyak pengulangan.
                                                                              Emosional             Pengondisian indriawi
                                                                                   




(Gambar : Jenis-jenis ingatan berdasarkan pengodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil secara sadar ataupun secara naluri )
3.      Anatomi Ingatan dan Pembentukan Ingatan
a.       Anatomi Ingatan
Adapun anatomi dari ingatan (memori) adalah sebagai berikut :
-          Ingatan terbentuk ketika sel-sel otak membuat hubungan pada SINAPSIS
-          Proses untuk menyampaikan informasi, yang dimulai dari sel tubuh, ialah proses yang bersifat elektrik, lalu kimiawi, lalu elektrik lagi.
-          Ingatan dikodekan di dalam pasangan DNA, yaitu RNA
-          Ketika sinyal-sinyal dibawa melalui sebuah sinapsis, MRNA menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk memasuki hubungan.
-          Sebagai hasilnya, pembedaan kekuatan sinaptik tertentu dalam sebuah jaringan saraf
-          Ingatan adalah kemungkinan meningkatnya pola pembakaran sinaptik tertentu dalam sebuah jaringan saraf
-          Banyak saraf yang terlibat dalam pembentukan ingatan
-          Saraf yang terbakar bersama akan dialirkan bersama-sama pula
-          Ingatan yang kompleks berdasarkan pada penggabungan berbagai elemen dalam sebuah jaringan
-          Tak ada satu tempat khusus di dalam otak untuk semua ingatan
-          Ingatan eksplisit lebih rapuh; ingatan implisit lebih kukuh
b.      Pembentukan Ingatan
Seringkali kita pertanyakan bagaimana ingatan itu dibentuk?. Maka , oleh Karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengeanai pembentukan ingatan, adalah sebagai berikut :
-          Kita berfikir, bergerak, dan mengalami hidup (rangsangan indrawi)
-          Semua pengalaman itu disimpan di dalam otak
-          Masukan-masukan itu diurutkan oleh struktur dan proses otak, nilai, arti dan kegunaannya
-          Berbagai syaraf diaktifkan
-          Syaraf yang satu menyampaikan informasi ke saraf yang lain melalui reaksi elektrik dan kimiawi
-          Hubungan-hubungan itu diperkuat dengan pengulangan, pengistirahatan, dan emosi.
Ingatan yang kuat telah terbentuk.
4.      Strategi dalam Mengingat
a.       Strategi keberhasilan di sekolah untuk mengoptimalkan pengodean ingatan, diantaranya sebagai berikut;
1)      Pertahankan kepercayaan diri
2)      Belajar membutuhkan energi
3)      Mereka yang berkonsentrasi pada tujuan adalah mereka yang berhasil mendapat nilai tinggi
4)      Bersikaplah proaktif (lebih aktif)
5)      Berilah ingatan anda makanan secukupnya
6)      Perhatikan informasi di tengah
7)      Libatkan diri anda
8)      Mari berprestasi
9)      Gambarkan dengan sempurna
b.      Strategi ingatan terbaik sepanjang masa
Adapun Strategi ingatan terbaik sepanjang masa menurut Eric Jensen (1999) adalah sebagai berikut:
1)      Lakukan teknik relaksasi secara teratur
2)      Dengarkan musik klasik
3)      Manfaatkan kekuatan bercerita
4)      Gunakan strategi mnemonic setiap hari
5)      Tulislah apa yang ingin diingat secara detail
6)      Tatalah pikiran anda
7)      Gunakan gerakan untuk melibatkan system tubuh/pikiran
8)      Pertahankan pola kesehatan yang bagus
9)      Jika ingatan meninggalkan anda, kejarlah!
10)  Gunakan strategi menghubungkan
11)  Tantang diri anda
12)  Cukup tidur
13)  Suplemen multivitamin
14)  Makan secukupnya, kurangi lemak dan minum secukupnya
15)  Pertimbangkan mengkonsumsi suplemen ingatan
16)  Biarkan diri anda terimbas stimulus baru
17)  Libatkan emosi anda
18)  Kelompokkan informasi,terutama angka
19)  Gunakan rima, akronim, dan akrostik
20)  Mafaatkan ingatan yang bergantung pada suasana
21)  Gunakan gaya ingatanyang lebih anda sukai
22)  Berinteraksilah dengan materi untuk memperkaya makna
23)  Kembangkan ketajaman indra
24)  Kembagkan sikap mental positif
25)  Praktikkan tindakan seketika
26)  Lakukan pengulangan internal
27)  Beri otak anda segumpal glukosa
28)  Lakukan olahraga teratur
29)  Hindari obat penenang dan zat yang menimbulkan kantuk
30)  Ingat prinsip AAT
31)  Sadari ritme ultradian anda
32)  Gunakan strategi berfikir seluruh otak
33)  Gunakan imajinasi
34)  Gunakan metode loci
35)  Berikan waktu istirahat untuk otak
5.      Para Genius dalam Bidang Ingatan
Dalam hal ingatan ada orang-orang yang istimewa. Memiliki potensi ingatan yang menakjubkan. Diantaraya adalah :
1)      Imam bukhari, adalah periwayat dan ahli hadis yang terkenal. Sejak kecil, dia telah menunjukkn bakatnya yang cemerlang dan luar biasa. Ketajaman ingatan dan hafalannya melebihi orang lain. Dia menghafal kurang lebih 300.000 hadis
2)      Mozart, yang mempunyai ingatan istimewa terhadap music. Sekali ia mendengar ia terus dapat menyajikannya.
3)      Antonio de morca magliabechi, yang menggunakan ingatan fotografik dan penguasaan baca cepatnya untuk mendemonstrasikan bagaimana ia dapat menulis seluruh isi buku setelah membacanya satu kali.
4)      Cardinal Mezzofani, dapat berbicara dalam enam puluh bahasa dengan cukup baik
5)      Hideaki Tomoyori, yang mengingat nilai pi hingga 40 ribu decimal dan memecahkan rekor sebelumnya yang mencapai 10 ribu decimal.
B. LUPA
1.      Pengertian Lupa
Lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi didalam kehidupan mental. Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengigat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatan, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989:291) .
Sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Jadi, Lupa itu bukan berari hilang. Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki atau tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dialam bawah sadar.
Lain halnya juga dengan “Lupa-lupa ingat” berlainan dengan “lupa-lupaan”, dan tidak sama dengan “melupakan”. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan; tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan maupun melupakan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan, lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar; (masa samar, tetapi kurang pasti); agak lupa.


2.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Baik W.S. Winkel (1989) dan Muhibbinsyah (1999) maupun Ngalim Purwanto (1995) bahwa lupa bukanlah masalah sederhana dan berdiri sendiri. Mereka yakin ada beberapa faktor penyebab yang menyebabkan seseorang lupa terhadap sesuatu yang telah dimiliki.
Menurut Ngalim Purwanto (1995: 112) ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang lupa terhadap sesuatu yang pernah dialami, sebagai berikut;
a.    Karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi, atau tidak pernah dilatih/diingat lagi. Sesuatu yang tidak pernah digunakan/diingat lagi lama kelamaan dilupakan. Factor ini berdasarkan pendapat Thorndike dengan hukumnya yang berbunyi “Law of Disuse” (hukum tak teerpakai), yang dikemukakannya berdasarkan hasil kesimpulan atas eksperimen-eksperimen yang dilakukannya terhadap hewan.
b.    Lupa dapat juga disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala-gejala/ isi jiwa yang lain. Seorang profesor ahli dalam ilmu hewan, dan mahir dalam mempelajari nama-nama ikan dalam bahasa latin, ingin mengetahui dan hafal nama-nama mahasiswanya, ia lupa nama ikan yang sebenarnya sudah dikuasainya.
Dari contoh diatas jelas bahwa pelajaran/isi jiwa yang satu dapat mendesak/menghambat (inhibition) pelajaran atau isi jiwa yang lain. Retro-active inhibition ini sering kali terjadi jika bahan-bahan yang dipelajari banyak persamaanya. Maka dari itu, tidak baik mencampur adukkan pelajaran-pelajaran dalam fikiran kita waktu belajar. Karena akan saling menghambat/merintangi satu sama lain.
c.       Lupa disebabkan oleh persepsi atau tekanan. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang lain ditekan ke alam ketidak sadaran (alam bawah sadar) oleh Das uber-Ich atau super ego. Karena selalu mengalami tekanan, maka lama-kelamaan menjadi lupa. Biasanya tanggapan-tanggapan yang selalu ditekan kedalam ketidaksadaran itu adalah tanggapan-tanggapan yang tidak baik/yang merugikan kita, yang bersifat asusila, amoral; dan asocial.
Meskipun Muhibbinsyah (1999: 152) sependapat dengan faktor-faktor penyebab lupa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, namun dia masih menambahkan faktor-fakor lupa lainnya.
Untuk lupa karena tekanan dia mengemukakan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya. Pertama, Karena infomasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima anak didik kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga kealam ketidaksadaran. Kedua, karena informasi yang baru secara otomatis menekan informasi yang lama yang telah ada. Jadi, sama dengan fenoma retroaktif, yaitu karena masuknya informasi-informasi yang baru menyulitkan anak didik untuk mengingat kembali informasi-informasi yang lama. Ketiga, karena informasi yang akan direfroduksi (diingat kembali) itu tertekan kealam bawah sadar dengan sendirinya karena tidak pernah digunakan. Lupa karena tekanan ini berdasarkan repression theory, yaitu teori tekanan dan refresi.
Faktor-faktor penyebab lupa yang lain menurut MuhibbinSyah adalah :
a.    Lupa karena perubahan situasi lingkungan
Lupa dapat terjadi kepada anak didik karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar di sekolah dengan waktu mengingat kembali di luar sekolah. Jika anak didik hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah, misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihanya di kebun binatang.
b.    Lupa karena perubahan sikap dan minat
Lupa dapat terjadi kepada anak didik karena perubahan sikap dan minat anak didik terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun anak didik telah mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena suatu hal sikap dan minat anak didik menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru atau memarahinya dengan kasar di depan kawan-kawannya), maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
c.    Lupa Karena perubahan saraf otak
Lupa bisa juga terjadi karena perubahan urat saraf otak. Anak didik yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, atau gegar otak akan kehilangan ingatan dan informasi-informasi berupa kesan-kesan yang ada dalam memori otaknya.
d.   Lupa karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori.
Penemuan baru menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang anak didik bila informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori otak. Informasi yang rusak itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori otak anak didik, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali (direproduksi). Kerusakan informasi itu mungkin disebabkan oleh tenggang waktu antara diserapnya informasi dengan saat proses pengkodean dan ransformasi dalam memori jangka pendek anak didik.
W.S. Winkel (1989: 297) dengan cermat daan teliti mengemukakan hasil analisisnya mengenai faktor-faktor penyebab lupa. Pandangannya dengan hal yan satu ini selain berpedoman dengan pendapat seorang ahli, juga berpijak pada hasil penelitian. Menurutnya, faktor penyebab terjadinya lupa adalah ;
a.    Menurut pandangan Woodworth, gejala lupa disebabkan gejala lupa yang tidak dipergunakan, lama-kelamaan terhapus; dengan berlangsungnya waktu, terjadi proses penghapusan yang mengakibatkan bekas-bekas ingatan menjadi kabur dan lama-kelamaan hilang sendiri. Pandangan ini dikaitkan dengan proses fisiologis yan berlangsung dalam sel-sel otak; digambarkan bahwa pada saat fiksasi (fase konsentrasi dan mengolah), kesan-kesan yang dicamkan itu diterima dan ditanamkan dalam struktur fisik sel-sel di otak. Dalam sel-sel ini terus menurus terjadi proses pertukaran zat. Apabila kesan-kesan ingatan sama sekali tidak dipergunakan dan kadang-kadang tidak diperbaharui, bekas-bekas ingatan itu lambat laun akan terhapus.
Terhadap pendapat ini dapat dikemukakan beberapa keberatan, misalnya orang yang sudah lanjut usia kerap kali dapat mengingat dengan jelas sekali peristiwa-peristiwa yang dialaminya pada waktu masih anak-anak; seandainya bekas-bekas ingatan hapus sendiri dengan beredarnya waktu, hal itu kiranya tidak mungkin. Maka, dewasa ini pandangan itu tidak seluruhnya diterima, meskipun juga tidak disangkal sama sekali.
b.    Pandangan yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian ialah pandangan yang mencari sebab terjadinya lupa dalam “interferensi”, yaitu gangguan dari informassi yang baru masuk kedalam ingatan terhadap informasi yang telah disimpan disitu, seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian lebih sukar diingat. Terjadinya interferensi (retroactive inhibition) merupakan suatu fakta, meskipun belum diketahui dengan jelas bagaiman interferensi itu dijelaskan. Secara praktis hanya dapat dikatakan, kalau terjadi kegagalan dalam mengingat, mungkin hal itu disebabkan oleh adanya gangguan dari informasi baru terhadap penyimpan informasi lama. Dengan demikian, lupa tidak dapat seluruhnya dicegah. Namun, kenyataan ini tidak boleh ditafsirkan dengan cara begini: “tidak ada gunanya mempelajari hal-hal baru, karena pasti akan menggangu ingatan akan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya”. Tidak semua informasi baru harus menggangu penyimpanan informasi lama; seandainya penggalian informasi lama ternyata terganggu, informasi itu masih dapat digali dengan cara penggalian yang lain atau dipelajari kembali dalam waktu yang lebih singkat.
c.    Pandangan yang lain menunjuk pada motif-motif tertentu, sehingga orang sedikit banyak ingin melakukan sesuatu, misalnya kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan lebih mudah terlupakan daripada yang menyenangkan. Jadi, disini terdapat pengaruh dari motivasi terhadap penyimpangan; inilah kasus lupa yang bermotif.
Kegiatan pandangan yang dibicarakan secara singkat diatas mengandaikan, bahwa terjadi sesuatu selama fase penyimpanan (retensi), sehingga penggalian (evokasi) menjadi lebih sukar. Pandangan-pandangan itu tidak perlu bertentangan, mungkin semua pandangan itu mengandung kebenaran. Namun, diantara ketiga pandangan itu, belum ada satupun yang terbukti mampu menjelaskan secara memuaskan sebab-sebab terjadinya lupa.  Maka, dalam hal ini masih tinggal pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif materi pelajaran yang terlupakan tidak akan hilang dari sistem ingatan anak didik. Materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akan permanen anak didik, namun terlalu lemah untuk dipanggil atau diangkat kembali.  Subsistem akan permanen disini bisa dikatakan “alam bawah sadar”. Banyak anak didik yang mengeluh karena merasa kehilanagan ilmu, yang sebenarnya tidak hilang, tetapi setelah belajar lagi (relearning) atau mengikuti remedial teaching (pengajaran perbaikan) ternyata dapat menunjukkan kinerja akademik yang lebih memuaskan daripada kinerja remedial taching dan belajar lagi atau mengulang pelajaran, yaitu untuk memperbaiki dan atau menguatkan informasi-informasi yang lemah dalam memori anak didik, sehingga berhasil mencapai prestasi.

3.      Kiat Mengurangi Lupa
a.    Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons tertentu muncul setelah anak didik melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Contohnya pada : pembacaan Pancasila pada setiap hari senin memungkinkan ingatan siswa yang kuat terhadap teks Pancasila yang pernah dibacanya itu.
b.      Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar, misalnya dari satu jam menjadi setengah jam. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan materi tertentu. Hal ini dapat melindungi memori dari kelupaan.
c.       Mnemonic device
Mnemonic device merupakan kiat khusus yang dijadikan “alat penggait” mental untuk memasukkan informasi-informasi ke dalam sistem ingatan siswa. Mnemonic ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut :
1)      Rima, Rima (rhyme), yaitu sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa.
2)      Singkatan, yaitu terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan seharusnya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
3)      System kata pasak (peg word system), yaitu sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti : panas-api, merah-saga dll.
4)      Metode losai (method of loci), yaitu kiat mnemonic yang menggunakan tempat-tempat khusus terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu ynag harus diingat siswa.
5)      Sistem kata kunci (key word system), biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari bahasa asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing. Misalnya pengajaran bahasa Inggris.
6)      Pengelompokan, yaitu menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
7)      Latihan terbagi, dalam latihan-latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengn alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu istirahat.
C. TRANSFER BELAJAR
1.      Pengertian Transfer Belajar
Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer diambil dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah-terima, dan pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektifk, dan psikomotor. Dalam psikologi, transfer belajar atau transfer of learning merupakan istilah yang ditinjau dari segi bahsa seperti disebutkan diatas cenderung kurang mengundang perdebatan diantara para ahli psikologi. Kecuali bila pembahasannya diarahkan pada masalah konsep yang memberikan batasan tentang transfer belajar sebagai suatu teori, maka terdapatlah perbedaan rumusan diantara para pakar psikologi, seperti uraian berikut.
a.       Alice Crow mengatakan bahwa transfer balajar adalah “the process of carrying over habits of thingking, know-ledge, or skill from one learning area to another”.
b.      Herbert Sorenson dalam bukunya psychology in education menyatakan transfer adalah the process by which something lerarned in one situation is used in another.
c.       William Clark Traw mengatakan bahwa transfer in the name for the fact that the experience of learning in one situation influences learning and performance in other situation.
Dari beberapa rumusan transfer belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas, meskipun berbeda susunan kata dan kalimatnya, namun intinya sama yaitu “pemindahan”. Pemindahan yang dimaksudkan disini adalah “pemindahan pengaruh” atau pengaruh kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan melakukan sesuatu yang lain yang akan dikusai.
2.    Ragam Transfer Belajar
Muhibbin Syah (2010:160) dengan mengutip pendapat robert M. Gagne mengemukakan empat macam transfer belajar, yaitu :
a.       Transfer positif
Transfer positif merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif dapat teerjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentuyng mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya.
b.      Transfer negatif
Transfer negatif merupakan transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentuyang memiliki pengaruh merusak teerhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Dengan demikian pengaruh keterampilan atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sendiri tidak ada hubungannya dengan kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut ketika mempelajari pengetahuan atau keterampilan lainnya.
c.       Transfer vertical
Transfer vertical merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar dan pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Transfer vertical dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan dengan hal ini, penguasaan materi kelas II merupakan prerequisite (prasyarat) untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.
d.      Transfer Lateral
Tatanan transfer Lateral merupakan transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi pada diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dapat pula dikatakan hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.’
3.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah sebagai berikut:
a.       Taraf Intelegensi dan sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer belajar. Anak yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi, dan sebaliknya anak yang kurang pandai cenderung memiliki transfer yang rendah (minim). Oleh karena tidak dapat mempertahankan sesuatu informasi yang telah didapat dalam jumlah yang cukup banyak. Disamping itu, bahwa timbulnya transfer tidak secara otomatis, melainkan timbulnya dengan sengaja. Oleh karena itu, sikap serta usaha yang disengaja ke arah ini akan membantu timbulnya transfer. Ini berarti bahwa apa yang dipelajari oleh anak didik, dapat dimanfaatkan dan dipraktekkan sesuai dengan situasi dan kondisi, dimana dia berada. Demikian juga sikap guru dan usaha anak didik untuk melakukan perbuatan belajar, juga mempengaruhi jumlah belajar.
b.      Metode guru dalam mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama namun  hasil berbeda, disebabkan oleh perbedaan dalam pemakaian metode mengajar. Penggunaan metode diskusi hasilnya akan berbeda dengan penggunaan metode cerah dan akan berlainan juga dengan hasil penggunaan metode tanya jawab.   
c.       Isi mata pelajaran
Hubungan antara mata pelajarn yang satu dengan mata pelajaran yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Satu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya. Penguasaan kaidap mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya, dapat digunakan untuk mempelajari mata pelajaran bahasa inggris, begitu pula sebaliknya. Penguasaaan keterampilan membuat surat tertetu, dapat ditransfer kepada keterampilan yang lain yang tertetu, dapat ditransfer kepada keterampilan yang lain yang  masih dalam ruang lingkup tulis-menulis surat, dan sebagainya.
 





















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya, ingatan adalah sesuatu yang membentuk jai diri manusia dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia titik-titik rujukan pada masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Adapun pengelompokan ingatan adalah sebagai berikut: Jenis-jenis ingatan berdasarkan waktu dan lamanya ingatan yaitu 1) ingatan jangka pendek, 2) ingatan jangka panjang. Jenis-jenis ingatan berdasarkan lamanya ingatan dibagi lagi menjadi dua yaitu: 1) Ingatan persepsi langsung, 2) Ingatan aktif. Jenis-jenis ingatan berdasarkan pengodean dan bagaimana ingata tersebut dipanggil secara sadar ataupun secara naluri: 1) ingatan eksplisit, 2) ingatan implisit. Ingatan memiliki anatomi dan pembentukan ingatan yang rumit. Ingatan adalah hal yang penting sehingga terdapat berbagai strategi dalam mengingat. Dalam ingatn juga terdapat beberapa genis dlam ingatan salah satunya adalah Mozart.
Lupa merupakan istilah yang sangat popular di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan seuatu; entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau  atau sesuatu yang akan di lakukan, mungkin juga sesuatu yag baru saja dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga. Tak perduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, professor, petani, dan sebagainya. Penyebab lupa memiliki banyak pendapat  dari para ahli salah satunya dari Muhibbinsyah. Adapun kiat untuk mengurangi lupa diantaranya adalah : 1) overlearning, 2) Extra tudy time, 3) Mnemonic device.
Dan satu lagi hal yang penting dalam dunia pendidikan yaitu: transfer belajar. Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer diambil dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah-terima, dan pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektifk, dan psikomotor. Dalam psikologi, transfer belajar atau transfer of learning merupakan istilah yang ditinjau dari segi bahasa seperti disebutkan diatas cenderung kurang mengundang perdebatan diantara para ahli psikologi. Transfer belajar beragam, diantaranya adalah 1) transfer positif, 2) transfer negative, 3) transfer vertical, 4) transfer lateral. Dan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar diantaranya adalah :1) Taraf Intelegensi dan sikap, 2) Metode guru dalam mengajar, 3) Isi mata pelajaran.         
B.     SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah, hendaklah mulai mencanagkan atau mencoba untuk mengaplikasikan strategi mengurangi lupa dan cara meningkatkan daya ingat, yang sebenarnya merupakan problem yang sangat intern dalam menusia, tak terlepas juga siswa.
Begitu pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran hendaklah membekali si pebelajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat ke bidang study lainnya atau dalam kehidupan lainnya.

















DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Jensen, Eric & Karen Markowits, 1999. Otak Sejuta Gigabyte : Buku Pintar membangun Ingatan Super. Terjemahan Esti A. Budihabsari & Lala Herawati Dharma. Jakarta : Gramedia
Syah, Muhibbin, 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers
Sujanto, Agus 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Khoo, Adam 2008. Buku Pintar Anak Jenius!. Jakarta : PT Mitra Media
Pasiak, Taufik 2004. Membangun Raksasa Tidur, Optimalkan Kemampuan Otak Anda dengan Metode Alissa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada