Jumat, 13 November 2015

Tadwin AL-Quran





KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah ulumul al-qur’an ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
      Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penyusun menyadari keterbatasan yang penyusun miliki, untuk itu, penyusun mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya.














Mataram, 06 November 2012


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.     Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A.    Pengertian Tadwin Al-quran...................................................................................... 3
B.     Proses Penulisan Al-quran......................................................................................... 3
1.      Penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW.......................................................... 3
2.      Penulisan Al-quran pada masa Khulafa ‘Al-Rasyidin......................................... 5
a.       Pada masa Abu bakar Ash-Shiddiq............................................................... 5
b.      Pada masa Utsman bin Affan........................................................................ 6
3.      Penyempurnaan penulisan Al-quran setelah masa khalifah................................. 7
C.     Hal yang terkait dengan Perkembangan ulumul qur’an pada Abad ke- II H-15 H (sekarang)................................................................................................................................... 8
D.    Pengertian Ayat dan Surat serta Penetapannya......................................................... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 13
A.    Kesimpulan ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-quran merupakan mukjizat terbesar diantar mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah kepada para Nabi-Nya. Maka Allah selalu menjaganya dari berbagai perubahan dan penukaran. Baik pada surat-suratnya maupun ayat-ayatnya, bahkan pada huruf-hurufnya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hajr [15]:9)
            Nabi Muhammad SAW pun sangat besar perhatiannya terhadap pemeliharaan al-quran, sehingga setiap turun suatu ayat, dari permulaan hingga penghabisan, Nabi SAW menyuruh para penulisnya agar menulisnya dengan cermat.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :
1.      Apa pengertian dari tadwin al-quran?
2.      Bagaimana proses penghafalan Al-qur’an?
3.      Bagaimana penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW. ?
4.      Bagaiman penulisan Al-quran pada masa Khulafa ‘Al-Rasyidin :
a.       Pada masa Abu bakar Ash-Shiddiq?
b.      Pada masa Utsman bin Affan?
5.      Bagaimana proses penyempurnaan Al-quran hingga sekarang (abad ke-15 H)?
a.       Penyempurnaan penulisan pada abad ke- I H sampai abad ke-II H?
b.      Kesempurnaan penulisan Al-Quran pada abad ke-3 H?
c.       Percetakan mulai pada abad ke-16 M?
C.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya :
1.      Dapat memahami tentang tadwin Al-quran
2.      Dapat mengetahui proses penghafalan al-quran
3.      Dapat mengetahui tentang penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW
4.      Dapat mengetahui tentang penulisan pada masa Khuafa ‘Al-Rasyidin :
a.       Pada masa Abu bakar Ash Shiddiq
b.      Pada masa Utsman bin Affan
5.      Dapat mengetahui bagaimana proses penyempurnaan penulisan Al-quran
a. Bagaimana proses penyempurnaan pada abad ke-I H-abad ke-II H
b. bagaimana penyempurnaan pada abad ke-3 H
c. Bagaimana proses percetakan pada abad ke-16 M.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN TADWIN AL-QURAN
Secara bahasa, kata Tadwin bermakna artinya : “mengikat yang terpisah dan mengumpulkan yang terurai (dari tulisan-tulisan) pada suatu diwaan.
Dan kata “diwaan” adalah kumpulan kertas-kertas atau kitab (buku) yang biasanya dipakai untuk mencatat keperluan tertentu, misalnya “diwaan ahlu jaisy (buku daftar keluarga militer) yang dalam sejarah Islam untuk pertama kalinya dilakukan Umar.
Adapun “Tadwin Al-quran” adalah  pengumpulan atau tata letak penulisan al-quran yang berbentuk lembaran atau buku (kitab).
B.       PROSES PENGHAFALAN AL-QUR’AN
Ketika Al-Qur’anul karim turun kepada Nabi SAW, beliau menyampaikannya kepada sahabatnya secara perlahan-lahan agar mereka menghapal lafaznya dan mampu memahami maknanya. Nabi Muhammad SAW, sangat perhatian dalam menghafal (memelihara) Al-Qur’an dan dalam memperolehnya. Begitu besar perhatian dan kemauannya untuk menghafal dan memelihara Al-Qur’an , beliau senan tiasa menggerakkan lidahnya untuk mengucapkan dan melatihnya hingga diluar batas kebiasaan , yakni dengan menyegerakan penghapalannya Karena khawatir ada yang luput walau satu kalimat atau menghilangkan satu hurup saja dari Al-Qur’an. Sehingga Allah menegur beliau dan menjanjikannya untuk menghapalkan nya di dalam dadanya ‘ membacakan lafaz dan memberikan pemahaman maknanya kepada beliau . sesuai dengan firma allah SWT



“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu )dan (membuat mu pandai)membacanya. Apa bila Kami telah selesai membacanya , maka ikutilah bacaan itu. Kemudian , sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan nya . “(Al-Qiyamah:16-19).
            Sehigga para sahabat juga ikut berlomba dalam menghafalkan lafaz Al-Qur’an dan memehami maknanya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai penghibur di waktu senggang dan sebagai sarana beribadah di waktu malam .Dan proses penghafalan para sahabat didasarkan pada proses At-Talaqqy (pertemuan langsung )dan As-Sima’ (pendengaran langsung) dari Rasul atau dari sahabat yang telah bertemu dengan Rasul. Mereka tidak menyandarkan hafalan pada proses an-naql (pemindahan) dari lembaran-lembaran catatan karena sandaran yang seperti itu akan menyebabkan pembaca kehilangan salah satu rukun penting dalam membaca Al-Qur’an dengan benar, yakni ilmu tajwid .
            Diantara keistimewaan umat nabi Nabi Muhammad SAW, adalah penjagaan atau pemeluharaan mereka terhadap Al-Qur’an,tidak dilakukan pada lembaran yang  dapat hilang tercuci air melainkan ditempatkan atau dijaga didalam hati. Oleh karna itu tidak aneh kalau Al-Qur’an itu telah banyak dihafal oleh para sahabat.
v  Beberapa sahabat yang menghafalkan Al-Qur’an seluruhnya.
·         Abu  Bakar
·         Umar Ibnu Khathab
·         Usman Ibn Affan
·         Ali Ibn Abu Thalib
·         Talhah
v   Beberapa sahabat yang menghafal Al-Qur’an dari kaum wanita.
·           Aisyah
·          Hafshah
·         Ummu Salamah
·          Ummu Waraqah


C.    PROSES PENULISAN AL-QURAN
1.      Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah 
            Nabi SAW , tidak hanya menghafalkan  dan membacakannya kepada para sahabat dan kemudian dihafalkann oleh mereka, melainkan beliau menuliskannya dalam lembaran-lembaran . Untuk itu beliau memiliki para penulis wahyu . Apabila ada wahyu yang diturunkan kepada Nabi SAW, beliau memenggil sebagian para penulis wahyu , kemudian memerintahkan mereka untuk menuliskan wahyu yang diturunkan, menunjukkan tempat wahyu itu harus diletakkan , dan tatacara penulisannya sesuai dengan petunjuk penjaga  wahyu, yakni malaikat jibril Dari usman Ibn Affann berkata ,”Suatu ketika turunlah kepada Rasulullah SAW.,suatu surat yang memiliki jumlah ayat yang banyak . Ketika turun suatu ayat kepada Rasul, beliau memanggil sebagian orang (penulis wahyu) untuk menuliskannya seraya mengatakan letakkan ayat ini pada surat yang disebutkan didalamnya ungkapnya begitu.”  
Pada waktu itu  perangkat tulis sulit diperoleh  sehingga mereka menuliskan ayat Al-Qur’an pada benda-benda yang mudah diperoleh, seperti daun, pelapah kurma, bebatuan, tulang-belulang dan sebagainya. Seperti yang dikatakan  oleh Zaid Ibn Tsabit,”Pada masa Rasulullah SAW., kami menulis Al-Qur’an dari pelapah kurma .  
Adapun penyebab timbulnya penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW ialaah:
1.      Tulisan dapat memperkuat hafalan sehingga Al-Qur’an dapat memiliki sarana-sarana pemeliharaannnya, baik hafalan maupun penetapan (dalam beentuk tulisan).
2.      Penyampaian wahyu secara sempurna, sebab penyampaian  wahyu bersandarkan para sahabat tidak memadai karena mereka tidak luput dari kelupaan atau kematian, sedangkan tulisan akan senantiasa ada atau kekal dan tidak akan hilang.

2.      Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar R.A.
Tatkala Rasulullah meninggal, Abu Bakar Assiddiqlah yang di angkat sebagai khalifah, dan dalam masa pemerintahannya terjadilah peristiwa yammah pada tahun ke-12 hijriyyah,banyak terjadi pembunuhan dikalangan para sahabat dan banyak di antara ppara aenghafal Al-Qur’an yang meninggal duniahingga menuruit  sattu pendapat hingga mencapai 500 orang.Oleh karna itu atas kehendak Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati Umar,  Umar merasa takut bahwa ahli qiraah  yang masih tersisa akan banyak terbunuh dan di antara mereka ada yang memiliki Al-Qur’an sehingga semua itu akan hilang dengan kematiannya.Sehingga ia mengisyaratkan kepada Abu Bakar  untuk menghimpun Al-Qur’an   dalam satu tempat . kemudian Abu Bakar mengutus Zaid ibn Tsabit untuk melakukan pekerjaan yang mulia itu.
3.      Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman R.A.
Ketika Utsman  memegang kekhalifahan, dan para sahabat berpencar diberbagai Negara dan masing-masing membawa bacaan  (al-qira’ah) yang didengarnya dari RasulullahSAW., serta di antara mereka ada yang memiliki bacaan yang tidak dimiliki oleh lainnya, orang-orang berbeda pendapat dalam bacaan. Setiap pembaca (qari) menggunakan bacaannya (qiraat)-nya dan menyalahkan bacaan qari yang lainnya sehingga permasalahan itu menjadi besar dan perselisihanpun semakin memuncak .Krmudian Utsman dan para sahabat bersepakat untuk menyatukan manusia pada satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan dan pertentanggan dalam masalah bacaan tersebut.
D.      PENYEMPURNAAN PENULISAN AL-QUR’AN

1.      Penyempurnaan pada abad ke-1 H sampai abad ke-2 H
Pada zaman Ali ibn Abi Thalib menjadi khalifah sekitar tahun 65-70 Hijriyah, Ziyad ibn Abihi yang menjadi Gubernur di Bashrah (Irak) mendapati banyak orang keliru membaca al-quran apalagi bagi orang-orang non Arab yang telah memeluk Islam karena Islam terus menerus berkembang baik wilayah maupun pemeluknya. Islam tidak lagi hanya dianut oleh orang-orang arab. Banyak orang-orang non arab yang telah memeluk islam, maka sebagai konsekuensi logisnya, benturan-benturan cultural antara dengan orang-orang  ‘ajam (non Arab) itupun tidak dapat dielakkan. Sejak saat itulah perkembangan yang dirasa menggembirakan itu ternyata juga membawa kekhawatiran. Kekhawatiran yang dimaksud adalah terancamnya keselamatan kemurnian bahasa Arab. Sebab dikalangan masyarakat islam terutama yang non Arab sering terjadi kesalahan dalam melafalkan ayat-ayat Al-quran.
Hal itu terjadi terutama pada kata-kata yang memang terbuka kemungkinannya untuk dibaca salah.karena tata-tulis al-Mushhaf al-'Utsmani tidak memakai titik dan harakat (Syakal). Karena itu Ziyad ibn Abihi atau 'Abd. Malik ibn Marwan menurut riwayat yang lain dengan seizin Khalifah 'Ali meminta kepada Abu al-Aswad al-Du'ali (w  69 H), yang faham Bahasa Arab untuk memberi tanda baca. Pada awalnya permintaan itu ditolak, Karena Abu al-Aswad merasa harus menjaga otentitas al-Mushaf al-Utsmani. Tapi menurut riwayat, pada suatu saat Abu al-Aswad (w.69 H/638 M) pernah mendengar seseorang di Bashrah membaca ayat-ayat al-quran dengan cara yang salah, sehingga mengubah seluruh pengertian dan maksud yang terkandung di dalam ayat yang dibacanya itu. Ayat yang dimaksud adalah : 
إِنَّ اللَّهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ رَسُوْلِهِ.... "        
Artinya : Bahwasannya Allah dan Rasul-Nya terlepas (memutuskan hubungan) dengan orang-orang Musyrik….. (Q.S. At-Tuabah [9]:3)
Sumber kekeliruan orang itu dalam membaca ayat tersebut adalah dengan mengkasrahkan "ل" nya. Dan artinya berubah menjadi “Bahwasannya Allah memutuskan hubungan dengan orang-orang musyrik dan rasulnya”. Mendengar kesalahan bacaan tersebut Abu al-Aswad terkejut.  Dan sejak peristiwa itulah Abu al-Aswad mulai bekerja, dan hasilnya sampai kepada pembuatan tanda fathah berupa satu titik di atas huruf, tanda kasrah berupa satu titik dibawah huruf, tanda dhammah berupa satu titik di sela-sela atau samping huruf, dan tanda sukun berupa dua titik.
Adapun tehnis dalam melaksanakan upaya tersebut adalah bahwa Abu Aswad meminta agar disiapkan seorang staf untuk dijadikan juru tulis, tetapi Ziyad gubernur Bashrah pada saat itu malah menyiapkan sebanyak tiga puluh orang. Namun, abu al-aswad tetap memilih seorang diantara mereka. Orang itu berasal dari kabilah qais. Abu al-aswad kemudian memerintahkan kepada staf yang dijadikan juru tulisnya itu untuk mengambil mushaf dan zat pewarna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menulis mushaf. Selanjutnya al-aswad berpesan kepadanya: “jika  kamu melihat bibibrku terbuka lebar ketika aku menyebutkan huruf berbunyi ‘a’ (fathah) maka letakkanlah satu titik diatasnya, dan jika kedua bibirku agak terkatub ketika aku mengucapkan huruf berbunyi ‘I (kasroh) maka letakkanlalah satu titik dibawah huruf itu, jika bibirku mencuat agak kemuka mengucapkan ‘u maka letakkanlah titik disamping hurup. Sedang jika suaraku berbunyi berdengung (gunnah) maka letakkanlah dua titik diatas huruf itu. Setelah itu, abu al-aswad dengan perlahan-lahan membacakan alquran. Sementara itu juru tulisnya sibuk bekerja sesuai perintah abu al-aswad diatas. Begitu seterusnya… Keadaan tata-tulis ini berlanjut sampai menjelang akhir-akhir abad II Hijriyah. dan adapun tokoh ulama disamping Abu Aswad yang berjasa dalam proses penyempurnaan mushaf dengan memberikan tanda-tanda titik yang bentuk dasarnya sama yaitu Yahya ibnu ya’mur, Hasan al-Bishry, dan Nasr bin ‘Ashmin al-Laitsiy.
       Pada tahap berikutnya terjadi perubahan bentuk atau ketentuan harakat berupa huruf. Ide tersebut dicetusakan oleh Khalil bin ahmad, seorang ulama nahwu terkemuka di zamannya, pada sekitar tahun 170 Hijriyah, melalui kreasi al-Khalil tata tulis tersebut disempurnakan dengan cara titik-titiknya dipakai untuk membedakan huruf yang sama, sedangkan tanda bacanya diganti “harakat” atau “Syakal” seperti yang kita kenal sampai sekarang ini, yaitu :
·         Fathah untuk bunyi “a”
·         Kasrah untuk bunyi “i”
·         Dhammah untuk bunyi “u”
·         Sukun untuk tanda mati, dan ditempatkan sesudah huruf
·         Diberi tanda “Tasydid” atau “Syiddah” dengan posisi yang dikenal sekarang ini, untuk tanda bunyi tebal
·         Kata-kata jamak (menunjukkan banyak) ditambah alif dibelakangnya, seperti : كَانُوْا 
·         dan dalam penulisan hamzah (ء), yang tadinya ditulis seperti angka “7” diganti dengan
tulisan "ع" yang dipotong badannya, dan diambil kepalanya saja sehingga membentuk "ء".
Adapun contoh dari kreasi al-Khalil ibn Ahmad sebagai berikut :

 جَ – جِ – جُ . جًا – جٍ – جٌ    

 حَ – حِ – حُ .  حًا – حٍ – حٌ   

 خَ – خِ – خُ .  خًا – خٍ – خٌ   
Sehinggan kalau dalam susunan ayat menjadi :
 إ ـِ يـ ـّ ك ـَ نـ ـَ عـ ـْ بـ ـُ د ـُ       
Dan sekarang menjadi :
إِيّكَ نَعْبُدُ     
Selanjutnya mengalami kemajuan lagi, yaitu harakatnya ditempatkan di atas atau di bawah huruf yaitu oleh  Al-Sijistani (w. 248 H)              
2.      Kesempurnaan penulisan al-qur’an pada abad ke-3
Pada abad ke-3 Hijriyah terjadi penyempurnaan yang lebih lengkap lagi terhadap penulisan al-qur’an. Dimana pada abad ini, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Al Quran khususnya bagi orang selain arab dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam, Rum, dan Mad.
Sebagaimana mereka juga membuat tanda Lingkaran Bulat sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat turun, jumlah ayat.
Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al Quran adalah Tajzi yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan yang lainnya berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-Juz-utsalisu: untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri.
Mereka juga telah memberikan tanda a’in (asyar) untuk setiap sepuluh ayat serta tanda kha (khamasah) untuk setiap lima ayat,dan senantiasa menyebutkan kata-kata Makiyah, serta Madaniyah untuk ayat-ayat Madaniyah.
Sebelum ditemukan mesin cetak, Al Quran disalin dan diperbanyak dari mushaf utsmani dengan cara tulisan tangan. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke16 M.
3.         Percetakan Al-Qur’an Mulai pada Abad ke-16 M
Ketika Eropa menemukan mesin cetak yang dapat digerakkan (dipisah-pisahkan) dicetaklah Al-Qur’an untuk pertama kali di Hamburg, Jerman pada tahun 1694 M. Mushaf utsmani sepenuhnya telah mencapai kesempurnaanya atau dilengkapi dengan tanda baca. Adanya mesin cetak ini semakin mempermudah umat islam memperbanyak mushaf Al Quran. Mushaf Al Quran yang pertama kali dicetak oleh kalangan umat islam sendiri adalah mushaf edisi Malay Usman yang dicetak pada tahun 1787 M dan diterbitkan di St. Pitersburg Rusia.
Cetakan Al Quran yang banyak dipergunakan di dunia islam sekarang ini adalah cetakan Mesir yang juga dikenal dengan edisi Raja Fuad karena dialah yang memerintah. Edisi ini ditulis berdasarkan Qiraat Ashim riwayat Hafs dan pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1344 H/ 1925 M. Selanjutnya, pada tahun 1947 M untuk pertama kalinya Al Quran dicetak dengan tekhnik cetak offset yang canggih dan dengan memakai huruf-huruf yang indah. Pencetakan ini dilakukan di Turki atas prakarsa seorang ahli kaligrafi turki yang terkemuka Said Nursi.
                     








BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULLAN
Pengertian tadwin merupakan pengumpulan dan pengaturan tata letak ayat-ayat dan surat-surat al-quran secara teratur dan sisitematis. Adadua bentuk proses dalam pemeliharaan al-quran yaitu penghafalan da penulisan secara keseluruhan. Proses penghafalan al-quran oleh para sahabat dilakukan secara perlahan-lahan. Agar mereka menghafal lapadsnya dan mampu memahami maknanya, nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan dalam penghafalan (memelihara) al-quran dandalam memperolehnya, sampai-sampai beliau pernah menyegerkan menghafal karena khawatir ada yang luput walau satu kalimat atau menghilangkan satu huruf saja dari al-quran sehingga Allah SWT menegur beliau dan mejanjikannya untuk menghafalkannya di dalam dadanya, membacakan lapaz, dan memberikan pemahaman maknanya kepada beliau sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat AL-Qiyamah ayat 16-19. Sedangkan proses penulisan al-uran secara umum terbagi menjadi empat peeriode yaitu :
1.    Periode penulisan bersahaja (periode Nabi Muhammad SAW)
2.    Periode pengkodifikasian (Abu Bakar)
3.    Periode penyalinan dan penggandaan (Usman bin Affan)
4.    Periode penyempurnaan al-quran.
Pada periode penyempurnaan ini diberikan tanda-tanda baca pada mushaf al-quran yang dimulai oleh Abu Al-Aswad selaku pemuka dari kalangan tabi’in berupa berupa tanda titik diatas huruf sebagai tanda fathah,dhammah,dan sukun
Selanjutnya, yaiut deyang dilakukan dengan pemberian titik padda semua huruf al-quran yang dianggap penting untuk diberi harakat oleh Yahya bin Mahmud,dan Nashr.
Usaha selanjutunya, diman pada abad ke-3 Al-quran telah mencapai tingkat kesempurnaan sebagaimana al-quran yang kita kenal sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar