KATA
PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan
keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan
yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah ulumul al-qur’an ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penyusun menyadari keterbatasan yang penyusun miliki, untuk itu, penyusun mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penyusun menyadari keterbatasan yang penyusun miliki, untuk itu, penyusun mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya.
Mataram, 06 November
2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.
Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A.
Pengertian Tadwin Al-quran...................................................................................... 3
B.
Proses Penulisan Al-quran......................................................................................... 3
1. Penulisan
Al-quran pada masa Nabi SAW.......................................................... 3
2. Penulisan
Al-quran pada masa Khulafa ‘Al-Rasyidin......................................... 5
a. Pada
masa Abu bakar Ash-Shiddiq............................................................... 5
b. Pada
masa Utsman bin Affan........................................................................ 6
3. Penyempurnaan
penulisan Al-quran setelah masa khalifah................................. 7
C.
Hal yang terkait dengan Perkembangan
ulumul qur’an pada Abad ke- II H-15 H (sekarang)................................................................................................................................... 8
D.
Pengertian
Ayat dan Surat serta Penetapannya......................................................... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan
............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran
merupakan mukjizat terbesar diantar mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah
kepada para Nabi-Nya. Maka Allah selalu menjaganya dari berbagai perubahan dan
penukaran. Baik pada surat-suratnya maupun ayat-ayatnya, bahkan pada
huruf-hurufnya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(Al-Hajr [15]:9)
Nabi Muhammad SAW pun sangat besar
perhatiannya terhadap pemeliharaan al-quran, sehingga setiap turun suatu ayat,
dari permulaan hingga penghabisan, Nabi SAW menyuruh para penulisnya agar
menulisnya dengan cermat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan masalahnya yaitu :
1. Apa
pengertian dari tadwin al-quran?
2. Bagaimana
proses penghafalan Al-qur’an?
3. Bagaimana
penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW. ?
4. Bagaiman
penulisan Al-quran pada masa Khulafa ‘Al-Rasyidin :
a. Pada
masa Abu bakar Ash-Shiddiq?
b. Pada
masa Utsman bin Affan?
5. Bagaimana
proses penyempurnaan Al-quran hingga sekarang (abad ke-15 H)?
a. Penyempurnaan
penulisan pada abad ke- I H sampai abad ke-II H?
b. Kesempurnaan
penulisan Al-Quran pada abad ke-3 H?
c. Percetakan
mulai pada abad ke-16 M?
C. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Dapat
memahami tentang tadwin Al-quran
2. Dapat
mengetahui proses penghafalan al-quran
3. Dapat
mengetahui tentang penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW
4. Dapat
mengetahui tentang penulisan pada masa Khuafa ‘Al-Rasyidin :
a. Pada
masa Abu bakar Ash Shiddiq
b. Pada
masa Utsman bin Affan
5. Dapat
mengetahui bagaimana proses penyempurnaan penulisan Al-quran
a. Bagaimana proses penyempurnaan pada
abad ke-I H-abad ke-II H
b. bagaimana penyempurnaan pada abad
ke-3 H
c. Bagaimana proses percetakan pada abad ke-16 M.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TADWIN AL-QURAN
Secara bahasa, kata Tadwin bermakna artinya : “mengikat yang
terpisah dan mengumpulkan yang terurai (dari tulisan-tulisan) pada suatu
diwaan.
Dan kata “diwaan” adalah kumpulan kertas-kertas atau kitab (buku) yang biasanya
dipakai untuk mencatat keperluan tertentu, misalnya “diwaan ahlu jaisy (buku daftar keluarga militer) yang dalam sejarah
Islam untuk pertama kalinya dilakukan Umar.
Adapun “Tadwin Al-quran” adalah
pengumpulan atau tata letak penulisan al-quran yang berbentuk lembaran
atau buku (kitab).
B. PROSES
PENGHAFALAN AL-QUR’AN
Ketika
Al-Qur’anul karim turun kepada Nabi SAW, beliau menyampaikannya kepada
sahabatnya secara perlahan-lahan agar mereka menghapal lafaznya dan mampu
memahami maknanya. Nabi Muhammad SAW, sangat perhatian dalam menghafal
(memelihara) Al-Qur’an dan dalam memperolehnya. Begitu besar perhatian dan
kemauannya untuk menghafal dan memelihara Al-Qur’an , beliau senan tiasa
menggerakkan lidahnya untuk mengucapkan dan melatihnya hingga diluar batas kebiasaan
, yakni dengan menyegerakan penghapalannya Karena khawatir ada yang luput walau
satu kalimat atau menghilangkan satu hurup saja dari Al-Qur’an. Sehingga Allah
menegur beliau dan menjanjikannya untuk menghapalkan nya di dalam dadanya ‘
membacakan lafaz dan memberikan pemahaman maknanya kepada beliau . sesuai
dengan firma allah SWT
“janganlah
kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu
)dan (membuat mu pandai)membacanya. Apa bila Kami telah selesai membacanya ,
maka ikutilah bacaan itu. Kemudian , sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasan nya . “(Al-Qiyamah:16-19).
Sehigga
para sahabat juga ikut berlomba dalam menghafalkan lafaz Al-Qur’an dan memehami
maknanya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai penghibur di waktu senggang dan
sebagai sarana beribadah di waktu malam .Dan proses penghafalan para sahabat
didasarkan pada proses At-Talaqqy
(pertemuan
langsung )dan As-Sima’ (pendengaran
langsung) dari Rasul atau dari sahabat yang telah bertemu dengan Rasul. Mereka
tidak menyandarkan hafalan pada proses an-naql
(pemindahan) dari lembaran-lembaran catatan karena sandaran yang seperti itu
akan menyebabkan pembaca kehilangan salah satu rukun penting dalam membaca
Al-Qur’an dengan benar, yakni ilmu tajwid .
Diantara keistimewaan umat nabi Nabi Muhammad SAW, adalah
penjagaan atau pemeluharaan mereka terhadap Al-Qur’an,tidak dilakukan pada
lembaran yang dapat hilang tercuci air
melainkan ditempatkan atau dijaga didalam hati. Oleh karna itu tidak aneh kalau
Al-Qur’an itu telah banyak dihafal oleh para sahabat.
v Beberapa
sahabat yang menghafalkan Al-Qur’an seluruhnya.
·
Abu
Bakar
·
Umar Ibnu Khathab
·
Usman Ibn Affan
·
Ali Ibn Abu Thalib
·
Talhah
v Beberapa sahabat yang menghafal Al-Qur’an dari
kaum wanita.
·
Aisyah
·
Hafshah
·
Ummu Salamah
·
Ummu Waraqah
C.
PROSES
PENULISAN AL-QURAN
1.
Penulisan
Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah
Nabi SAW , tidak
hanya menghafalkan dan membacakannya
kepada para sahabat dan kemudian dihafalkann oleh mereka, melainkan beliau
menuliskannya dalam lembaran-lembaran . Untuk itu beliau memiliki para penulis
wahyu . Apabila ada wahyu yang diturunkan kepada Nabi SAW, beliau memenggil
sebagian para penulis wahyu , kemudian memerintahkan mereka untuk menuliskan
wahyu yang diturunkan, menunjukkan tempat wahyu itu harus diletakkan , dan
tatacara penulisannya sesuai dengan petunjuk penjaga wahyu, yakni malaikat jibril Dari usman Ibn
Affann berkata ,”Suatu ketika turunlah kepada Rasulullah SAW.,suatu surat yang
memiliki jumlah ayat yang banyak . Ketika turun suatu ayat kepada Rasul, beliau
memanggil sebagian orang (penulis wahyu) untuk menuliskannya seraya mengatakan
letakkan ayat ini pada surat yang disebutkan didalamnya ungkapnya begitu.”
Pada
waktu itu perangkat tulis sulit
diperoleh sehingga mereka menuliskan
ayat Al-Qur’an pada benda-benda yang mudah diperoleh, seperti daun, pelapah
kurma, bebatuan, tulang-belulang dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Zaid Ibn Tsabit,”Pada masa Rasulullah
SAW., kami menulis Al-Qur’an dari pelapah kurma .
Adapun penyebab
timbulnya penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW ialaah:
1. Tulisan
dapat memperkuat hafalan sehingga Al-Qur’an dapat memiliki sarana-sarana
pemeliharaannnya, baik hafalan maupun penetapan (dalam beentuk tulisan).
2. Penyampaian
wahyu secara sempurna, sebab penyampaian
wahyu bersandarkan para sahabat tidak memadai karena mereka tidak luput
dari kelupaan atau kematian, sedangkan tulisan akan senantiasa ada atau kekal
dan tidak akan hilang.
2.
Penulisan
Al-Qur’an pada masa Abu Bakar R.A.
Tatkala Rasulullah
meninggal, Abu Bakar Assiddiqlah yang di angkat sebagai khalifah, dan dalam
masa pemerintahannya terjadilah peristiwa yammah pada tahun ke-12
hijriyyah,banyak terjadi pembunuhan dikalangan para sahabat dan banyak di
antara ppara aenghafal Al-Qur’an yang meninggal duniahingga menuruit sattu pendapat hingga mencapai 500 orang.Oleh
karna itu atas kehendak Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati
Umar, Umar merasa takut bahwa ahli
qiraah yang masih tersisa akan banyak
terbunuh dan di antara mereka ada yang memiliki Al-Qur’an sehingga semua itu
akan hilang dengan kematiannya.Sehingga ia mengisyaratkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Qur’an dalam satu tempat . kemudian Abu Bakar
mengutus Zaid ibn Tsabit untuk melakukan pekerjaan yang mulia itu.
3.
Penulisan
Al-Qur’an Pada Masa Utsman R.A.
Ketika
Utsman memegang kekhalifahan, dan para
sahabat berpencar diberbagai Negara dan masing-masing membawa bacaan (al-qira’ah) yang didengarnya dari
RasulullahSAW., serta di antara mereka ada yang memiliki bacaan yang tidak
dimiliki oleh lainnya, orang-orang berbeda pendapat dalam bacaan. Setiap
pembaca (qari) menggunakan bacaannya (qiraat)-nya dan menyalahkan bacaan qari
yang lainnya sehingga permasalahan itu menjadi besar dan perselisihanpun
semakin memuncak .Krmudian Utsman dan para sahabat bersepakat untuk menyatukan
manusia pada satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan dan pertentanggan
dalam masalah bacaan tersebut.
D.
PENYEMPURNAAN PENULISAN AL-QUR’AN
1.
Penyempurnaan pada abad ke-1 H sampai abad ke-2 H
Pada zaman Ali ibn Abi Thalib
menjadi khalifah sekitar tahun 65-70 Hijriyah, Ziyad ibn Abihi yang menjadi
Gubernur di Bashrah (Irak) mendapati banyak orang keliru membaca al-quran
apalagi bagi orang-orang non Arab yang telah memeluk Islam karena Islam
terus menerus berkembang baik wilayah maupun pemeluknya. Islam tidak lagi hanya
dianut oleh orang-orang arab. Banyak orang-orang non arab yang telah memeluk
islam, maka sebagai konsekuensi logisnya, benturan-benturan cultural antara
dengan orang-orang ‘ajam (non Arab)
itupun tidak dapat dielakkan. Sejak saat itulah perkembangan yang dirasa
menggembirakan itu ternyata juga membawa kekhawatiran. Kekhawatiran yang
dimaksud adalah terancamnya keselamatan kemurnian bahasa Arab. Sebab dikalangan
masyarakat islam terutama yang non Arab sering terjadi kesalahan dalam
melafalkan ayat-ayat Al-quran.
Hal
itu terjadi terutama pada kata-kata yang memang terbuka kemungkinannya untuk
dibaca salah.karena
tata-tulis al-Mushhaf al-'Utsmani tidak memakai titik dan harakat (Syakal).
Karena itu Ziyad ibn Abihi atau 'Abd. Malik ibn Marwan menurut riwayat yang
lain dengan seizin Khalifah 'Ali meminta kepada Abu al-Aswad al-Du'ali (w 69 H), yang faham Bahasa Arab untuk memberi
tanda baca. Pada awalnya permintaan itu ditolak, Karena Abu al-Aswad merasa
harus menjaga otentitas al-Mushaf al-Utsmani. Tapi menurut riwayat, pada suatu
saat Abu al-Aswad (w.69 H/638 M) pernah mendengar seseorang di Bashrah membaca
ayat-ayat al-quran dengan cara yang salah, sehingga mengubah seluruh pengertian
dan maksud yang terkandung di dalam ayat yang dibacanya itu. Ayat yang dimaksud
adalah :
إِنَّ اللَّهَ بَرِيْءٌ مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ وَ رَسُوْلِهِ.... "
Artinya
: Bahwasannya
Allah dan Rasul-Nya terlepas (memutuskan hubungan) dengan
orang-orang Musyrik….. (Q.S. At-Tuabah [9]:3)
Sumber kekeliruan orang itu dalam
membaca ayat tersebut adalah dengan mengkasrahkan "ل" nya. Dan
artinya berubah menjadi “Bahwasannya
Allah memutuskan hubungan dengan orang-orang musyrik dan rasulnya”. Mendengar
kesalahan bacaan tersebut Abu al-Aswad terkejut. Dan sejak peristiwa itulah Abu al-Aswad mulai
bekerja, dan hasilnya sampai kepada pembuatan tanda fathah berupa satu titik di
atas huruf, tanda kasrah berupa satu titik dibawah huruf, tanda dhammah berupa
satu titik di sela-sela atau samping huruf, dan tanda sukun berupa dua titik.
Adapun tehnis dalam melaksanakan
upaya tersebut adalah bahwa Abu Aswad meminta agar disiapkan seorang staf untuk
dijadikan juru tulis, tetapi Ziyad gubernur Bashrah pada saat itu malah
menyiapkan sebanyak tiga puluh orang. Namun, abu al-aswad tetap memilih seorang
diantara mereka. Orang itu berasal dari kabilah qais. Abu al-aswad kemudian
memerintahkan kepada staf yang dijadikan juru tulisnya itu untuk mengambil mushaf
dan zat pewarna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menulis mushaf.
Selanjutnya al-aswad berpesan kepadanya: “jika
kamu melihat bibibrku terbuka lebar ketika aku menyebutkan huruf
berbunyi ‘a’ (fathah) maka letakkanlah satu titik diatasnya, dan jika kedua
bibirku agak terkatub ketika aku mengucapkan huruf berbunyi ‘I (kasroh) maka
letakkanlalah satu titik dibawah huruf itu, jika bibirku mencuat agak kemuka
mengucapkan ‘u maka letakkanlah titik disamping hurup. Sedang jika suaraku
berbunyi berdengung (gunnah) maka letakkanlah dua titik diatas huruf itu.
Setelah itu, abu al-aswad dengan perlahan-lahan membacakan alquran. Sementara
itu juru tulisnya sibuk bekerja sesuai perintah abu al-aswad diatas. Begitu
seterusnya… Keadaan tata-tulis ini berlanjut sampai menjelang akhir-akhir abad
II Hijriyah. dan adapun tokoh ulama disamping Abu Aswad yang berjasa dalam
proses penyempurnaan mushaf dengan memberikan tanda-tanda titik yang bentuk
dasarnya sama yaitu Yahya ibnu ya’mur, Hasan al-Bishry, dan Nasr bin ‘Ashmin
al-Laitsiy.
Pada
tahap berikutnya terjadi perubahan bentuk atau ketentuan harakat berupa huruf.
Ide tersebut dicetusakan oleh Khalil bin ahmad, seorang ulama nahwu terkemuka
di zamannya, pada sekitar tahun 170 Hijriyah, melalui kreasi al-Khalil tata
tulis tersebut disempurnakan dengan cara titik-titiknya dipakai untuk
membedakan huruf yang sama, sedangkan tanda bacanya diganti “harakat” atau
“Syakal” seperti yang kita kenal sampai sekarang ini, yaitu :
·
Fathah
untuk bunyi “a”
·
Kasrah
untuk bunyi “i”
·
Dhammah
untuk bunyi “u”
·
Sukun
untuk tanda mati, dan ditempatkan sesudah huruf
·
Diberi
tanda “Tasydid” atau “Syiddah” dengan posisi yang dikenal sekarang ini, untuk
tanda bunyi tebal
·
Kata-kata
jamak (menunjukkan banyak) ditambah alif dibelakangnya, seperti : كَانُوْا
·
dan
dalam penulisan hamzah (ء), yang tadinya ditulis seperti angka “7” diganti dengan
tulisan "ع" yang dipotong
badannya, dan diambil kepalanya saja sehingga membentuk "ء".
Adapun contoh dari kreasi al-Khalil
ibn Ahmad sebagai berikut :
جَ – جِ – جُ . جًا – جٍ – جٌ
حَ – حِ – حُ . حًا – حٍ – حٌ
خَ – خِ – خُ . خًا – خٍ – خٌ
Sehinggan kalau dalam susunan ayat
menjadi :
إ ـِ يـ ـّ ك ـَ نـ ـَ عـ ـْ بـ ـُ د
ـُ
Dan sekarang menjadi :
إِيّكَ
نَعْبُدُ
Selanjutnya mengalami kemajuan lagi,
yaitu harakatnya ditempatkan di atas atau di bawah huruf yaitu oleh Al-Sijistani (w. 248 H)
2.
Kesempurnaan penulisan al-qur’an
pada abad ke-3
Pada abad ke-3 Hijriyah terjadi
penyempurnaan yang lebih lengkap lagi terhadap penulisan al-qur’an. Dimana pada
abad ini, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang
untuk membaca dan menghafal Al Quran khususnya bagi orang selain arab dengan
menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam, Rum, dan Mad.
Sebagaimana mereka juga membuat
tanda Lingkaran Bulat sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat,
tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan
identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat turun, jumlah
ayat.
Tanda-tanda lain yang dibubuhkan
pada tulisan Al Quran adalah Tajzi yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan
yang lainnya berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya,
al-Juz-utsalisu: untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa
seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri.
Mereka juga telah memberikan tanda
a’in (asyar) untuk setiap sepuluh ayat serta tanda kha (khamasah) untuk setiap
lima ayat,dan senantiasa menyebutkan kata-kata Makiyah, serta Madaniyah untuk
ayat-ayat Madaniyah.
Sebelum ditemukan mesin cetak, Al
Quran disalin dan diperbanyak dari mushaf utsmani dengan cara tulisan tangan.
Keadaan ini berlangsung sampai abad ke16 M.
3.
Percetakan Al-Qur’an Mulai pada Abad
ke-16 M
Ketika Eropa menemukan mesin cetak
yang dapat digerakkan (dipisah-pisahkan) dicetaklah Al-Qur’an untuk pertama
kali di Hamburg, Jerman pada tahun 1694 M. Mushaf utsmani sepenuhnya telah
mencapai kesempurnaanya atau dilengkapi dengan tanda baca. Adanya mesin cetak
ini semakin mempermudah umat islam memperbanyak mushaf Al Quran. Mushaf Al
Quran yang pertama kali dicetak oleh kalangan umat islam sendiri adalah mushaf
edisi Malay Usman yang dicetak pada tahun 1787 M dan diterbitkan di St.
Pitersburg Rusia.
Cetakan Al Quran yang banyak dipergunakan
di dunia islam sekarang ini adalah cetakan Mesir yang juga dikenal dengan edisi
Raja Fuad karena dialah yang memerintah. Edisi ini ditulis berdasarkan Qiraat
Ashim riwayat Hafs dan pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1344 H/
1925 M. Selanjutnya, pada tahun 1947 M untuk pertama kalinya Al Quran dicetak
dengan tekhnik cetak offset yang canggih dan dengan memakai huruf-huruf yang
indah. Pencetakan ini dilakukan di Turki atas prakarsa seorang ahli kaligrafi
turki yang terkemuka Said Nursi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULLAN
Pengertian tadwin merupakan pengumpulan dan pengaturan
tata letak ayat-ayat dan surat-surat al-quran secara teratur dan sisitematis.
Adadua bentuk proses dalam pemeliharaan al-quran yaitu penghafalan da penulisan
secara keseluruhan. Proses penghafalan al-quran oleh para sahabat dilakukan
secara perlahan-lahan. Agar mereka menghafal lapadsnya dan mampu memahami
maknanya, nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan dalam penghafalan (memelihara)
al-quran dandalam memperolehnya, sampai-sampai beliau pernah menyegerkan
menghafal karena khawatir ada yang luput walau satu kalimat atau menghilangkan
satu huruf saja dari al-quran sehingga Allah SWT menegur beliau dan
mejanjikannya untuk menghafalkannya di dalam dadanya, membacakan lapaz, dan
memberikan pemahaman maknanya kepada beliau sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat AL-Qiyamah ayat 16-19. Sedangkan proses penulisan al-uran secara
umum terbagi menjadi empat peeriode yaitu :
1. Periode penulisan bersahaja (periode Nabi Muhammad SAW)
2. Periode pengkodifikasian (Abu Bakar)
3. Periode penyalinan dan penggandaan (Usman bin Affan)
4. Periode penyempurnaan al-quran.
Pada periode penyempurnaan ini diberikan tanda-tanda baca
pada mushaf al-quran yang dimulai oleh Abu Al-Aswad selaku pemuka dari kalangan
tabi’in berupa berupa tanda titik diatas huruf sebagai tanda fathah,dhammah,dan
sukun
Selanjutnya, yaiut deyang dilakukan dengan pemberian
titik padda semua huruf al-quran yang dianggap penting untuk diberi harakat
oleh Yahya bin Mahmud,dan Nashr.
Usaha selanjutunya, diman pada abad ke-3 Al-quran telah
mencapai tingkat kesempurnaan sebagaimana al-quran yang kita kenal sekarang
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar